7Ia adalah guru di Madrasah Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah Lihat Biografi singkat Ahmad Surkati, pada Soeleiman Fadeli & Mohammad Subhan, "Antologi NU: Sejarah-Istilah- Aziz bin Su'ud. Dengan naiknya Raja Abdul Aziz ini kalangan Islam tradisionalis merasa
Tiada rasa kehilangan teramat dalam selain berpulangnya guru kita, kiai kita, seorang yang berjasa tiada tara mengajar dan mendidik kita dengan ilmu, doa dan keberkahannya. Hari ini Ahad, 21 Mei 2023, guru kita Romo KH Azizi Hasbullah, seorang pendekar fiqih Lirboyo Kediri dan pengurus PBNU wafat di RS Hasan Sadikin Bandung. Duka teramat dalam. Kami bersaksi beliau adalah orang baik, baik sekali, tergolong mukhlishin, totalitas hidupnya untuk mengaji dan mengajar kitab kuning, membimbing santri dalam berbahtsul masail dengan elegan, memberi rumusan keagamaan yang bernas baik dalam level bahtsul masail pesantren Lirboyo, antar pesantren, NU di berbagai level dari ranting, wilayah sampai PBNU. Semoga amal ibadah, amal baik, dedikasi, khidmah, dan segala kebajikannya diterima oleh Allah dan diberi ampunan atas kehilafannya. Amin. Lahu al-fatihah... Sebagai murid, saya ingin menulis sekilas tentang beliau sependek yang saya tahu. Karena bagi saya, beliau adalah tokoh penting. Santri ndalem Sejak semula saya nyantri di Lirboyo, nama Romo KH Azizi Hasbullah-selanjutnya disebut Kiai Azizi-sudah menjadi buah bibir dan tema tersendiri dalam obrolan-obrolan warung kopi para santri. Pasalnya, di dalam diri Kiai Azizi ada anomali atau ketidaknormalan yang mengejutkan bagi publik santri. Syahdan, Kiai Azizi dari keluarga yang kurang berada, sehingga agar bisa nyantri di Lirboyo dengan memilih menjadi ndalem kiai pengasuh Pesantren Lirboyo. Lantaran dengan memilih menjadi ndalem, ia bisa gratis sekolah dan mesantren serta mendapatkan kebutuhan makan-minum serta kebutuhan sehari-hari. Ndalem merupakan tradisi pesantren. Yaitu kerja-kerja khidmah, pengabdian, dan membantu berbagai hal yang dibutuhkan sang kiai. Misalkan menjaga toko kitab, warung/kantin, memasak, mengurus sawah, atau mengurus binatang ternak, dan lain-lain. Akan tetapi kerja-kerja itu dilakukan di luar jam wajib sekolah dan ngaji wajib. Kiai Azizi konon mendapatkan pengabdian di bidang mengurus sapi-sapi milik keluarga almaghfurlah Romo KH Ahmad Idris Marzuqi, pengasuh Pesantren Lirboyo generasi ketiga. Semasa menjadi santri, Kiai Azizi sibuk mencari rumput, memberi makan-minum, dan membersihkan kandang sapi serta memandikan sapi-sapi. Kadang-kandang sapi berada di samping pesantren. Kiai Azizi pun semasa menjadi santri sampai menjadi guru kami, kiai kami, hidup dan mukim di sebuah gubuk terbuat dari bambu dan jerami yang berada tidak jauh dari kandang sapi. Meski sibuk ndalem mengurus sapi-sapi yang cukup menyita waktu dan menguras tenaga, tetapi Kiyai Azizi menjadi siswa yang paling menonjol kemampuan hafalan, pemahaman, mental, dan artikulasinya. Beliau selalu menjadi rais 'aam, ketua musyawarah kitab, dan aktivis serta santri bahtsul masail pilih tanding. Itulah yang dikagumi oleh publik santri. Sembari bertanya-tanya, mana mungkin dalam waktu bersamaan sibuk luar biasa ndalem ngurus sapi dan menjadi siswa yang paling menonjol? Ada yang bergumam, "ini anomali, gak normal!" Ada yang bilang, "jenius!" Ada yang bilang dengan bahasa agak intelek, "out of the box!" Semua mengagumi. Di Lirboyo, Kiai Azizi menjadi tokoh fenomenal sejak menjadi santri hingga detik ini. Banyak yang menjuluki "Macan Lirboyo!" Saya pun mengaguminya. Fans berat. Meski selain beliau, ada tokoh-tokoh di dalam Lirboyo yang saya kagumi seperti di antaranya yaitu Gus KH Ishomuddin Adziq, Pak Kiai Rosichun Zaka, Pak Kiai Ali Musthofa, Pak KH Saiful Islam. Bahtsul Masail Ketika saya masih ibtidaiyah, suka menonton dan mendengarkan Kiai Azizi sedang menjelaskan rumusan dalam perhelatan bahtsul masail yang di adakan di Serambi Masjid. Ketika tsanawiyah baru bisa ikut belajar bahtsul masail dan musyawarah kitab Fathul Qarib lintas kelas tsanawiyah dan aliyah. Dewan perumusnya di antaranya Kiai Azizi, Pak KH Ali Musthofa, dan lain-lain. Ketika beliau menjelaskan, saya pasang kuping dengan lebar. Rasanya senang sekali bisa dibimbing sang maestro bahtsul masail. Semula saya terkaget-kaget, kok bisa Kiai Azizi dalam merumuskan jawaban persoalan dengan memasukkan pada bab kitab fiqih yang sepertinya kurang nyambung tapi memang itu jawabannya. Pelan-pelan saya amati, dan setelah kelas tiga tsanawiyah dan sudah lumayan banyak baca kitab-kitab kuning seperti Bujayrami 'ala al-Khathim Syarah Iqna, di sekolah juga belajar Fathul Mu'in dengan Syarah I'anat al-Thalibib dan Tarsyikhul Mustafidin, Hasyiyah Syarwani Sayah Tuhfatul Muhtaj pemberian kakak saya Qurratul 'Ain beli ketika haji, dan lain-lain. Serta rajin mencatat 'ibarat-'ibarat/penjelasan kitab yang penting. Saya baru memahami, ya memang ada banyak persoalan yang di bahas di bab kitab fikih yang terlihat tidak nyambuh tetapi sebetulnya terkait. Karena kitab fiqih dalam pengebaban sudah baku. Itu-itu saja babnya. Misalkan ubudiyah, munakahat, mu'amalat, dan jinayat. Bagi yang biasa membaca buku modern pasti akan bingung mencari jawaban dari kitab kuning. Sebab buku modern ditulis secara spesifik dan tematik serta kasuistik/masalah per masalah. Sedangkan kitab kuning tidak ditulis secara tematik dan spesifik. Kita tidak akan menemukan tema tahlilan atau sedekah yang pahalanya untuk mayat, tapi kita akan menemukannya di bab janazah, dan lain-lain. Akan tetapi terkadang ketika tidak ditemukan jawaban secara literalis dalam kitab kuning, Kiai Azizi memberi rumusan dengan teori ilhaq, menganalogikan persoalan kontemporer kepada persoalan yang ada dalam narasi kitab kuning yang berbeda tapi mengandung titik persamaan yang dapat menyatukan dan mengerucut pada hukum yang sama. Kursus Ketika tiba saatnya di sekolah MHM Madrasah Hidayatul Mubtadiin Lirboyo saya mendapati materi kitab ushul fikih Waraqat, disusul Tashil al-Thuruqat, dan Lubbul Ushul. Kakak kelasku, Kang H Said Salim-yang saat ini menjadi kakak ipar-menitipkan saya ke Kiai Azizi untuk ikut kursus kitab ushul fiqih. Karena Kang H Said saat itu mau boyong tamatan. Kami sowan dengan membawa gula batu dan teh upet khas Cirebon. Sejak saat itu saya aktif kursus ushul fiqih kitab Lubul Ushul bersama Kiai Azizi di biliknya yang terbuat dari bambu dan jerami itu. Biasa kita menyebutnya "gedeg". Saya masih terngiang cara beliau menjelaskan. Menjelaskan pengertian dari kata per kata yang ada di dalam kitab. Sejujurnya saya baru bisa memahami ushul fiqih berkat kursus dengan Kiai Azizi. Sehingga ketika beranjak naik kelas Aliyah menjumpai kitab Jam'u al-Jawami 2 jilid, saya merasa agak ringan karena ada modal kurus kitab Lubul Ushul bersama Kiai Azizi. Buku Ketika Aliyah, tahun 1998-2000. Di saat saya sedang gandrung membaca buku-buku pemikir muslim Indonesia maupun Timur Tengah bahkan Barat, sembari saya terkadang nulis di Majalah dinding Lirboyo dan menjadi Sekjen Bahtsul Masail Kelas Aliyah. Saya sowan ke Kiai Azizi dengan tujuan mengkopi makalah-makalah beliau. Beliau memberikannya. Lalu makalah-makalah itu saya ketik ulang di tempat rental komputer di Kota Kediri dan saya simpan di disket. Saat itu belum ada flashdisk. Saya edit dan kasih pengantar kajian atas tulisan-tulisan beliau. Jadilah buku yang diberi judul "Kontekstualisasi Doktrin Fikih Islam". Buku itu diterbitkan dan dicetak oleh kami bersama teman sekelas, Fajar Mukhlasin Nur ketua kelas yang juga orang Malang, Bustomi, dan lain-lain. Dananya iuran. Buku itu kita jual habis ketika diluncurkan dan dibedah oleh penulisnya langsung Kiai Azizi Hasbullah. Karena Kiai Azizi adalah magnet dan idola para santri Lirboyo, sehingga tak butuh waktu lama menghabiskan buku itu. Setelah uang hasil penjualan buku terkumpul, labanya kami berikan kepada Kiai Azizi sebagai penulis dan modal dikembalikan ke teman-teman sambil mayoran terong. Mensyukuri kesuksesan buku. Pemikiran Tahun 1998-2000, Lirboyo sedang dekat sekali dengan Gus Dur. Saya ingat betul Gus Dur sering sekali berkunjung ke Lirboyo. Kadang datang bersama pengurus PKB seperti Prof Dr Alwi Shihab, dan lain-lain. Pemikiran Kiai Azizi dalam merumuskan jawaban bahtsul masail atau dalam tulisan-tulisan dalam buku "Kontekstualisasi Doktrin Fikih Islam" adalah moderat, toleran, kebangsaan, NKRI, dan wathaniyah nasionalis. Pada saat itu saya sempat terbersit di benak sebuah pertanyaan, "apakah pemikiran Kiai Azizi itu terpengaruh oleh pemikiran Gus Dur atau outentik?" Pertanyaan itu terjawab dengan tiga hal. Pertama, Kiai Azizi dalam membangun argumentasi dengan basis narasi fiqih kitab kuning. Kedua, Kiai Azizi ahli fiqih dan saban harinya berjibaku dengan kitab kuning dan bahtsul masail. Ketiga, santri original dan tanpa sekolah atau kuliyah di kampus. Karena itu, saya berkesimpulan bahwa pemikiran Kiai Azizi adalah outentik dan memiliki keunikan tersendiri. Belakangan Lirboyo terdapat Ma'had Aly yang spesialisasinya adalah Fikih Kebangsaan, di mana Kiyai Azizi adalah salah satu tokoh sentralnya. Sebagai murid. Pada tahun 2021, kami pernah mengundang beliau bersama Kiai Zahro Wardi untuk menjadi perumus LBM PWNU DKI Jakarta. Dan bersedia datang. Betul-betul datang ke Jakarta. Kami senang sekali. Terasa mendapatkan keberkahan dan wawasan yang luar biasa. Mukti Ali Qusyairi, alumni Pesantren Lirboyo Kediri dan Ketua LBM PWNU DKI Jakarta

Padasaat mengantar kepergiannya, sahabat sekaligus saudara beliau, KH. A. Wahab Hasbullah, sempat mengemukakan kata sambutan. Biografi KH. Musthofa Bisri dan Karya-karyanya Ibriz li Ma'rifah Tafsir Al Qur'an al -'Aziz. Kitab tafsir bimakna pesantren ini selesai beliau tulis pada tahun 1960. Karya-karya beliau tak sebatas pada

- Kabar duka, KH Azizi Hasbullah meninggal seusai dirawat lantaran mengalami kecelakaan di Tol Cipali. KH Azizi Hasbullah dikabarkan wafat di RS Hasan Sadikin Bandung, Jawa Barat pada Minggu 21/5/2023 sekira pukul KH Azizi Hasbullah merupakan Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Baran, Selopuro, Blitar. Baca juga Inilah Sosok Praka TNI Jamaluddin Akbar Gugur Ditembak KKB Papua, Baru Setahun Nikah di Pemalang Dikutip akun instagram NU Online, KH Azizi Hasbullah mengalami kecelakaan di Jalan Tol Cipali, Jawa Barat, Sabtu 6/5/2023. Rombongan hendak menghadiri forum Bahtsul Masa'il di PBNU bersama KH Zahro Wardi, Wakil Rais PCNU Trenggalek. Dalam peristiwa nahas itu, mobil yang ditumpangi rusak parah dan sang sopir bernama Rafi Putra Abdillah meninggal dunia. Sementara Kiai Azizi dan penumpang lainnya langsung dilakukan penanganan di RS Cideres Majalengka. Tercatat, Kiai Azizi mengalami cedera serius di tangan, kaki, iga, dan paru-paru akibat kecelakaan di Tol Cipali itu.* Baca juga Pilu! Seorang Ayah Nangis Saat Pulang dari Tempat Wisuda Anaknya Karena Dimarahi Sang Anak

Bagikan KH Abdul Halim merupakan salah seorang muassis Nahdlatul Ulama (NU) yang lahir pada 3 Syawal 1304 H yang bertepatan dengan 26 Juni 1887 M di Desa Cibolerang, Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Ia merupakan putra dari pasangan Kiai Muhammad Iskandar, salah seorang penghulu Kadewanan Jatiwangi dan Ibu bernama
Daftar Isi 1. Riwayat Hidup dan Wafat 2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Guru-guru 3. Perjalanan Hidup dan Sekilas Tentang KH. Azizi Hasbullah 4. Referensi 1. Riwayat Hidup dan Keluarga LahirKH. Azizi Hasbullah lahir di Malang, 24 Mei 1968. WafatKH. Azizi Hasbullah wafat di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Beliau mengalami kecelakan di Tol Cipali dalam perjalanan dari Blitar menuju Pondok Pesantren Al-Muhajirin, Purwakarta, Jawa Barat, pada hari Sabtu, 06 Mei 2023, dalam rangka menghadiri acara Bahtsul Masail Nasional. Kecelakan yang dialami, menyebabkan beliau mengalami patah tulang. Beliau sempat dirawat selama dua pekan di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Tapi Allah SWT telah menentukan takdir. Tepat pada hari Ahad, 21 Mei 2023, KH. Azizi Hasbullah berpulang ke rahmatullah. 2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Sebelum berangkat ke Pesantren Lirboyo, beliau sempat mengenyam Pendidikan dasar di MI Miftahul Ulum, Urek-urek, Gondanglegi, Malang pada tahun 1981. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya untuk mendalami ilmu agama di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, yang ketika itu masih diasuh oleh KH. Mahrus Ali dan KH. Ahmad Idris Marzuqi. Kyai Azizi memang berlatar belakang dari keluarga yang kurang berada. Meski demikian beliau tidak pernah berputus asa. Tekad beliau untuk tetap mondok di Lirboyo sangat kuat. Karena keadaan yang demikian itu, beliau berinisiatif agar bisa tetap nyantri di Lirboyo dengan memilih menjadi ndalem Kyai pengasuh Pesantren Lirboyo. Dalam tradisi Pesantren, ndalem merupakan tradisi yang dijalani dengan rasa khidmah, pengabdian, dalam membantu berbagai hal yang dibutuhkan sang Kyai. Sebagaimana banyak dilakukan di pelbagai Pesantren, khususnya Pesantren Salaf. Banyak hal yang dilakukan dalam tradisi ndalem, misalnya; menjaga toko kitab, warung/kantin, memasak, mengurus sawah, atau mengurus binatang ternak, dan sebagainya. Meski demikian, dalam melakukan banyak hal ini, biasanya tetap dilakukan di luar jam wajib sekolah dan ngaji wajib. Sehingga, santri ndalem tetap bisa belajar secara sungguh-sungguh dan mengikuti pelajaran sekolah. Demikian pula yang tempo hari dilakukan oleh KH. Azizi Hasbullah. Pasalnya, dalam melakukan tradisi ini, beliau bisa mendapatkan gratis sekolah dan tetap tinggal di Pesantren, serta mendapatkan kebutuhan makan-minum dan kebutuhan sehari-hari. Konon, Kyai Azizi pernah mendapatkan tugas dalam pengabdiannya itu untuk mengurus sapi-sapi milik keluarga Almaghfurlah Romo KH. Ahmad Idris Marzuqi, pengasuh Pesantren Lirboyo generasi ketiga. Semasa menjadi santri, Kyai Azizi sibuk mencari rumput, memberi makan-minum, dan membersihkan kandang sapi serta memandikan sapi-sapi. Kesederhanan beliau tak bisa dipungkiri. Beliau adalah sosok santri yang sangat sederhana. Sejak menjadi santri sampai menjadi guru, beliau tak keberatan untuk bertempat di sebuah gubuk yang terbuat dari bambu dan jerami yang berada tidak jauh dari kandang sapi. Meski sibuk ndalem mengurus sapi-sapi yang cukup menyita waktu dan menguras tenaga, tetapi Kiyai Azizi menjadi siswa yang paling menonjol kemampuan hafalan, pemahaman, mental, dan artikulasinya. Beliau selalu menjadi ketua musyawarah kitab, dan aktivis serta santri bahtsul masail pilih prestasi beliau yang luar biasa inilah, banyak santri yang mengaguminya. Tak terkecuali keluarga para pengasuh Pesantren Lirboyo. Tidak ada yang meragukan bahwa Kiyai Azizi merupakan tokoh fenomenal, yang menginspirasi banyak santri. Bahkan tidak jarang orang yang menjuluki beliau sebagai “Macan Lirboyo” atau “Pendekar Fiqih Lirboyo”.Sanad keilmuan beliau bersambung kepada KH. Mahrus Ali, KH. Ahmad Idris Marzuki, dan para Masyayikh Pesantren Lirboyo. Guru-guru beliau KH. Mahrus Ali KH. Ahmad Idris Marzuki Para Masyayikh Pondok Pesantren Lirboyo, di zamannya 3. Perjalanan Hidup dan Dakwah Sekilas Tentang KH. Azizi HasbullahKiai Azizi atau yang bernama lengkap KH Azizi Hasbulloh Pengasuh Pondok Pesantren Barran, Selopuro, Blitar, Jawa Timur. Beliau adalah sosok Faqih atau ahli fikih Nusantara yang sangat inspiratif. Tabahhur atau kedalaman penguasanya atas ilmu-ilmu syariat; fiqh, ushul fiqh, akidah, tasawuf dan lainnya mendapatkan apresiasi luas dari para Kiyai lain, bahkan di kalangan para Masyayikh di Pondok Pesantren Lirboyo. Menurut Dr. Ali Mukti Qusyairi, Kiyai Azizi adalah cendekiwan Pesantren yang memiliki karakter kuat, yang terbuka, tegas dan lugas dalam berdiskusi dan adu argumentasi dalam forum-forum bahtsul masail pesantren dan Nahdlatul Ulama NU. Dalam banyak forum, seperti di Lirboyo, Forum Musyawarah Pondok Pesantren FMPP Se-Jawa Madura, Bahtsul Masail Syuriyah PWNU Jawa Timur, dan forum-forum Bahtsul Masail PBNU, beliau seringkali membuat orang-orang yang terlibat di dalam diskusi tak dapat melupakan sosok beliau, yang sangat kuat secara referensi dan kokoh dalam idrak atau analisis kasus-kasus kontemporer waqi’ah haditsah. Banyak orang bersaksi bahwa KH. Azizi Hasbullah adalah orang yang sangat baik, dan termasuk orang yang bisa disebut Mukhlis. Beliau menjalani totalitas hidupnya untuk mengaji dan mengajar kitab kuning, membimbing santri dalam agenda bahtsul masail dengan elegan, memberi rumusan keagamaan yang bernas, baik dalam level bahtsul masail pesantren Lirboyo, antar Pesantren, NU di berbagai level dari ranting, wilayah sampai PBNU. Kyai Azizi merupakan contoh seorang tokoh yang diangkat derajatnya oleh Allah karena ilmunya. Sebagai sosok seorang santri, beliau menjadi contoh teladan santri yang menggabungkan antara semangat belajar dan semangat khidmah. Meski beliau sangat sibuk melaksanakan tugas-tugas sebagai khodim Kiyai, tapi kesibukan itu sama sekali tidak menyebabkan beliau bermalas-malasan dalam belajar. Beliau menguasai banyak fan ilmu. Di antaranya adalah; fiqih, ushul fiqih, nahwu, balaghah, dan tafsir. Selain itu beliau juga piawai dalam menerapkan teori ilhaq, yakni teori yang menganalogikan persoalan kontemporer kepada persoalan yang ada dalam narasi kitab kuning yang berbeda tapi mengandung titik persamaan yang dapat menyatukan dan mengerucut pada hukum yang sama. Jelas sekali, bahwa hidup beliau penuh manfaat dan keberkahan yang dirasakan oleh banyak orang. Baik santri maupun kalangan orang biasa, merasakan dan mengagumi keluasan dan kedalamam ilmu beliau. Terdapat satu pernyatan menarik KH. Azizi dalam sebuah wawancara penelitian skripsi, Zuhdi Masruri. Beliau menyatakan bahwa “tradisi jangan sampai dihilangkan, tetapi disesuaikan dengan syariat, karena dalam bermsyarakat mau tidak mau kita hidup berdampingan dengan tradisi. Nah, orang menggunakan tradisi atau kebiasaan silahkan itukan mitos, kalau dia ragu jangan sampai melakukan, tetapi jangan sampai meyakini bahwa tidak ada waktu hari itu baik atau jelek yang menyebabkan malapetaka. Waktu menjadi jelek apabila digunakan untuk maksiat, dan menjadi baik ketika kita berbuat kebaikan. Hanya saja kita menghindar untuk melakukan tradisi tersebut karena sebagaian dari akhlak yaitu menyesuaikan budaya dan tradisi selama tidak bertentangan dengan syariat. Rasulullah menegaskan bagaimana cara bermasyarakat dengan baik; wa khaliqin nasa bi khuluqin hasanin’, dan bergaullah bersama orang lain dengan akhlak yang baik. Ketika Sayyidina Ali ditanya pendapat soal hadis ini oleh para Sahabat lain, beliau menjawab silakan adaptasi dengan tradisi selama tidak bertabrakan dengan syariat’.” Al-Fatihah teruntuk KH. Azizi Hasbullah. Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. 4. Referensi Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs resmi Hasil wawancara penelitian skripsi yang ditulis oleh Zuhdi Masruri UIN SATU Tulung Agung, Tradisi Larangan Pernikahan Pada Bulan Muharram Dalam Perspektif Tokoh Nahdlatul Ulama Nu Dan Tokoh Adat Di Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar,
Disebutkandalam buku ''KH. Wahab Hasbullah: Biografi Singkat 1888 - 1971'' karya Muhammad Rifai, Mbah Wahab adalah tokoh yang mendirikan Sarikat Islam (SI) di Cabang Makkah. (Aziz Masyhuri); ''Biografi 26 Tokoh Nahdlatul Ulama'' (Saifullah Ma'shum); Tradisionalisme Radikal dan Ijtihad Politik Ulama Sejarah NU 1952-1967
Daftar Isi Biografi KH. Ahmad Marzuqi Romli 1. Riwayat Keluarga 2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Perjalanan Menuntut Guru Beliau 3. KH. Ahmad Mulai Berdakwah 4. Wasiat KH. Ahmad Marzuqi Romli 5. Karomah KH. Ahmad Marzuqi Romli 6. Referensi 1. Riwayat Lahir KH. Ahmad Marzuqi lahir pada tahun 1901 M di desa tempat ayahnya tinggal yaitu di Giriloyo Wukirsari Imogiri Bantul sebagai putra bungsu. Kiai Romli sangat berkeinginan kelak si bungsu apabila sudah besar dapat menggantikan perjuangan yang telah dirintisnya, mendidik orang-orang untuk lebih dekat pada Allah. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, sangat wajar apabila KH Marzuqi ketika baru berumur 4 tahun sudah dididik dengan konsentrasi penuh. Wafat KH. Ahmad Marzuqi Romli wafat pada tanggal 9 Jumadil Akhir 1411 H atau tanggal 14 Desember 1991 M pada hari Sabtu malam Ahad adalah hari beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir. Keluarga Sebagai putra bungsu dari lima bersaudara, KH. Ahmad Marzuqi mendapatkan tongkat estafet dari KH. Romli untuk meneruskan perjuangannya. Untuk membantu perjuangannya KH. Ahmad Marzuqi melangsungkan pernikahan dengan putri dari KH. Arifin yaitu Ny. Dasinah. Dari pernikahan ini menurunkan dua orang putra yaitu KH. Asyhari Marzuqi Kotagede dan KH. Habib Marzuqi Wates Kulonprogo. Setelah berpisah dengan Ny. Dasinah, pada tahun 1949 KH. Ahmad Marzuqi melangsungkan pernikahan untuk yang kedua kalinya yaitu dengan putri KH. Abdullah, Ny. Zuhroh. Dari pernikahan ini menurunkan dua putra yaitu KH. Masyhudi dan KH. Ahmad Zabidi dan seorang putri yaitu Hj. Siti Hannah. 2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Perjalanan Menuntut Ilmu Pada tahun 1905 oleh Kiai Romli, Ahmad Marzuqi di-pondok-kan di Pondok Pesantren Kanggotan Pleret Bantul di bawah bimbingan KH. Zaini. Karena masih kecil, maka pada waktu itu beliau hanya diajari kitab-kitab ubudiyah seperti Safinatun Najah, Fathul Qorib dan lain-lain. Di pondok Kanggotan ini beliau belajar sampai tahun 1910 M. Setelah lima tahun belajar di Kanggotan, Ahmad Marzuqi kemudian pindah pondok. Pondok yang dituju kali ini adalah Pondok Pesantren Termas yang berada di Pacitan Jawa Timur. pada saat itu pondok Termas berada di bawah bimbingan KH. Hafidz Dimyati, beliau belajar berbagai ilmu agama, seperti syara’, tasawuf, dan lain-lain. Di pondok ini beliau belajar selama 4 tahun, dari tahun 1910 sampai tahun 1914 M. Ahmad Marzuki melanjutkan ngangsu kaweruh di ponok pesantren Watucongol Muntilan Magelang, tahun 1915 sampai tahun 1918. Kehausan Ahmad Marzuki dengan ilmu-ilmu keislmaan terobati di bawah bimbingan KH. Dimyati. Sepulang dari Watucongol, Ahmad Marzuqi kemudian meneruskan di Pondok Pesantren Somolangu Kebumen Jawa Tengah. Dibawah bimbingan KH. Abdurrauf, beliau mendapat kepercayaan untuk mengajar santri badal sebagai pengganti kyai apabila kiai sedang berhalangan atau sakit. Kepercayaan itu diemban dengan tekun dan ikhlas sehingga tidak heran jika beliau semakin lama semakin menguasai ilmu-ilmu yang sudah dipelajari di pondok-pondok yang terdahulu. Di Somolangu ini berlangsung antara tahun 1919 sampai tahun 1922. Tahun 1922 sepulang dari Pondok Somolangu sampai tahun 1925, beliau melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirap Kebumen Jawa Tengah. Walaupun sudah mahir membaca kitab, namun beliau tidak jemu untuk lebih mendalami kitab-kitab yang telah dikajinya terdahulu. Hanya dua tahun lebih sedikit Ahmad Marzuqi menempat di Lirap Kebumen, pada tahun 1926 sampai tahun 1927 beliau pindah ke Pondok Pesantren Jamsaren yang ada di Solo Jawa Tengah. Pondok Jamsaren pada saat itu berada di bawah bimbingan KH. Idris. Sepulang dari Pondok Jamsaren ini beliau menunaikan ibadah haji untuk yang pertama kali dalam hidupnya. Pada tahun 1927 selepas menunaikan ibadah haji sampai tahun 1931 beliau melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Dibawah bimbingan KH. Munawwir ini beliau mewujudkan cita-citanya yang sudah lama terpendam ketika masih mengaji di Watucongol dahulu, yaitu keinginannya untuk menghafal Al-Qur’an 30 juz. Keinginan itu menjadi kenyataan bahkan untuk melanggengkannya beliau baca ayat-ayat suci itu sampai khatam yaitu pada bulan Ramadhan saat shalat tarwih. Diceritakan, bahwa selama bulan ramadlan apabila badannya sehat, beliau khatamkan dalam satu bulan itu tiga kali khataman. Sepuluh hari pertama khatam untuk yang pertama, sepuluh hari kedua digunakan untuk mengkhatamkan bacaannya yang kedua dan sepuluh hari ketiga untuk yang ketiga kalinya. Guru Beliu Guru-guru KH. Ahmad Marzuqi Romli KH. Zaini KH. Hafidz Dimyati KH. Dimyati KH. Abdurrauf KH. Idris KH. Munawwir KH. Dalhar Watucongol KH. Ma’ruf, KH. Kholil Bangkalan, KH. Dimyati Termas, KH. Dimyati Kebumen dan KH. Abdurrahman 3. KH. Ahmad Mulai Berdakwah Sepulang dari ngangsu kaweruh di berbagai pondok pesantren, sekitar tahun 1931, KH. Ahmad Marzuqi mulai melakukan pengajian-pengajian di berbagai tempat terutama di desa-desa di Gunungkidul. Perjalanan untuk mencapai daerah-daerah di Gunungkidul yang melewati hutan belantara memakan waktu berhari-hari itu beliau lakukan dengan berjalan kaki. Dalam melakukan Dakwah di Gunungkidul, KH. Ahmad Marzuqi atau Mbah Marzuqi bisa disebut sebagai pembuka jalan bagi keberadaan Islam di daerah tersebut. Ketika beliau membuka jamaah pengajian yang baru di desa-desa, beliau islamkan terlebih dahulu orang-orang yang akan ikut dalam pengajian tersebut. Sehingga ketika semakin hari semakin bertambah jumlah jamaahnya berarti semakin banyak pula orang Islam yang ada di desa itu. Perjalanan dalam berdakwah itu bukan berarti tanpa mendapatkan rintangan. Rintangan itu datang dalam perjalanan maupun oleh orang yang tidak suka dengan dakwah yang beliau lakukan. Diceritakan, ketika dalam suatu perjalanan menuju salah satu desa di daerah Gunungkidul harus melewati sebuah sungai yang lebar dan dalam. Seseorang harus berenang untuk sampai di seberang karena tidak ada getek perahu dari bambu. KH. Habib yang pada waktu itu diajak untuk menemani, tidak berani turun ke sungai karena melihat ada seekor ular besar sedang menunggu. Melihat ular di sungai yang siap untuk menyerangnya KH. Habib berteriak “Pak, ada ular !” Teriakannya tidak dijawab oleh Mbah Marzuqi. Beliau hanya menusukkan jari manisnya di pinggang KH. Habib. Seketika itu juga KH. Habib sudah berada di seberang sungai. Untuk mempersatukan jama’ah pengajian, Mbah Marzuqi mendirikan masjid atau musholla di desa-desa. Hal ini dimaksudkan agar para jamaah bisa berkumpul dalam satu tempat dalam melaksanakan kegiatan. Pendirian masjid dan musholla ini juga dimaksudkan agar masyarakat di desa itu apabila sholat tidak dilakukan sendiri-sendiri di rumah, tetapi dilakukan di masjid atau musholla dengan berjama’ah. Untuk melengkapi pembangunan masjid, beliau mendirikan sekolah-sekolah formal yang tentunya hal ini bertujuan agar generasi mudanya bisa mendapatkan pendidikan formal. Tercatat ada 130 buah untuk tingkat taman kanak-kanak, 53 buah untuk tingkat Madrasah Ibtidaiyah, 12 sekolah untuk tingkat MTs dan SMP, 8 sekolah untuk tingkat MA dan SMU. Aktivitas dakwah ini masih terus berlangsung ketika beliau dipercaya memimpin pesantren yang didirikan oleh sang ayah, KH. Romli, pada tahun 1935. Pondok itu dipimpin oleh beliau berlangsung sampai dengan tahun 1955. Bahkan selama memimpin pondok pesantren tersebut, beliau mendapatkan sambutan yang semakin hangat dari masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari terus berkembangnya pondok tersebut yang semakin hari semakin banyak orang yang ikut mengaji. Selepas Kemerdekaan RI 1945, bumi nusantara ternyata masih disenangi oleh Belanda sehingga wajar apabila pada bulan-bulan setelah Agustus itu Belanda masih banyak yang berseliweran di Indonesia. Orang-orang pribumi yang melihat tingkah Belanda itu merasa tidak senang sehingga di banyak tempat dikumpulkan para pemuda untuk digembleng menjadi prajurit yang tangguh. Mereka diberi ijazah dan amalan serta olah-kanuragan. Salah satu tempat yang digunakan sebagai markas itu adalah pesantren yang dipimpin oleh KH. Ahmad Marzuqi. Mbah Marzuqi yang semenjak kecil suka dengan kehidupan sederhana, suka menolong orang lain dan tidak suka hidup mewah, mempunyai pandangan hidup bahwa seluruh jiwa dan raganya semata-mata dicurahkan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Prinsip hidup ini beliau wujudkan dengan melakukan dakwah dari satu desa ke desa yang lainnya tanpa pernah mengharapkan imbalan. Dakwah ini beliau lakukan dengan ikhlas dan semata-mata hanya untuk mengharapkan ridla dari Allah. Kiai memang dalam berdakwah tidak pernah mengharapkan imbalan bahkan beliau serahkan seluruh harta bendanya pada mereka yang membutuhkan. Diceritakan, bahwa beliau mempunyai sawah yang luasnya mencapai 7 hektar dan sapi yang jumlahnya mencapai sekitar 150 ekor. Harta miliknya itu seluruhnya beliau serahkan pada masyarakat yang kurang mampu dengan sistem bagi hasil tidak ada informasi yang menceritakan berapa bagian untuk beliau dan orang yang diserahi. Pemberian dengan sistem tersebut semata-mata hanya untuk meringankan beban yang ada pada masyarakat. Pertolongan yang beliau berikan disamping secara materi juga dengan memberikan pengobatan kepada siapa saja yang memerlukannya. Bahkan dengan memberikan pengobatan ini, aktivitas dan pengikut dalam jama’ahnya semakin besar sehingga sangat memudahkan beliau apabila berkeinginan membuka daerah binaan yang baru. Ilmu ketabiban ini beliau dapatkan disamping dari ayahnya, KH. Romli juga beliau dapatkan dari semenjak beliau mondok di pesantren-pesantren. Menurut KH. Habib Marzuqi, salah seorang putranya bahwa ilmu ketabiban itu beliau peroleh dari KH. Dalhar Watucongol, KH. Ma’ruf, KH. Kholil Bangkalan, KH. Dimyati Termas, KH. Dimyati Kebumen dan KH. Abdurrahman. Pemberian pertolongan ini juga beliau maksudkan sebagai sarana berda’wah. 4. Wasiat KH. Ahmad Marzuqi Romli Sbelum meninggal dunia beliau berwasiat kepada putra-putra dan seluruh kaum muslimin untuk membaca do’a Nekto Dinulu. Do’a itu bacaannya adalah sebagai berikut Allahumma Nekto Dinulu ahub-ahub ing AllahLaa ilaaha illa Allah Muhammad rasulullah shalla Allah alaihi wasallamAllahumma Roh amadep ing NurullahSomad-somad kelawan roh idlofiJisim rupaku amadep ing cahayaNing roh angadep uripku ing cahyane AllahYa Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya Ghaffar Ya AzizYa Quddus Ya Alim Ya Karim Ya Arhamarrahimin. 5. Karomah KH. Ahmad Marzuqi Romli Diceritakan, pada malam hari malam Ahad seorang haji di daerah Prembun Kebumen bermimpi kedatangan Mbah Marzuqi. Dalam mimpi itu Mbah Marzuqi menyuruhnya untuk pergi ke Giriloyo dan jangan lupa membawa bakmi. Hari Ahad pagi, sambil membawakan bakmi pesanan Mbah Marzuqi pak haji dari kebumen itu meluncur menuju Giriloyo. Sebelum memasuki Giriloyo, haji itu singgah terlebih dahulu di masjid Pondok Ar-Ramli Wukirsari karena dilihatnya ada ribuan orang berkumpul. Kemudian pak haji dari kebumen itu bertanya “Ada apa kok suasananya ramai sekali?” Orang yang ditanya oleh pak haji itu menjawab bahwa Mbah Marzuqi meninggal. Pak haji tidak percaya karena tadi malam beliau bermimpi bertemu Mbah Marzuqi dan disuruh ke Giriloyo. Namun setelah mengetahui peristiwa yang sebenarnya terjadi, pak haji dari Kebumen itupun lemas. Begitulah banyak dari para hadirin yang datang karena mendapatkan mimpi “disuruh ke Giriloyo oleh Mbah Marzuqi”. Semua masyarakat yang ditinggalkan merasa kehilangan dengan kepergiannya. Namun apa mau dikata, kita tidak bisa melawan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Begitulah KH. Ahmad Marzuqi telah mendahului kita dengan menanamkan pijakan yang mantap dan kokoh pada masyarakat yang ditinggalkan. Semoga amal baik beliau diterima disisi-Nya dan kita yang ditinggalkan bisa meneruskan apa yang menjadi cita-citanya. Amin. 6. Referensi Dinukil dari berbagai sumber
AbdulAziz Achsan, KH. Durri Mustamar dan KH. Ma'ruf Irsyad. Beliau sering mengajak serta putranya Abu Hasan dan Ali Syafi'i ngaji tafsir kepada KH. Abdul Aziz Achsan yang dilaksanakan rutin bakda shubuh. [4] Label: Biografi, KH. Hasbullah Sutarno, Singocandi, Ulama. Lokasi: Singocandi, Kota Kudus, Kudus Regency, Central Java, Indonesia.

Ketika membicarakan pembaharu Islam atau pembaharu pendidikan Islam. Yang mencul dalam ingatan kita adalah nama Rasyid Ridho, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal sampai Fazlur Rahman. Tentu menjadikan pertanyaan besar bagi saya, apakah tidak ada pembaharu pendidikan Islam dari Indonesia? Saya menjawab sendiri, tentu ada. Tokoh seperti KH Hasyim Asyri, KH Ahmad Dahlan, KH Wahid Hasyim, Ki Hajar Dewantara saya rasa layak kita sebut dengan pembaharu pendidikan Islam. Kualitas dan perannya dalam dunia pendidikan tidak kalah dengan tokoh-tokoh besar yang saya sebut di awal. Namun bagaimana dengan sekarang, kita tidak mungkin terus bernostalgia dengan zaman dahulu eranya KH Hasyim Asyri, KH Ahmad Dahlan, KH Wahid Hasyim dan Ki Hajar Dewantara. Karena sudah barang tentu pendidikan selalu berkembang seiring dengan perkembanagan zaman yang sanagt luar biasa ini. Jika di tanya siapa pembaharu pendidikan Islam saat ini? saya akan menjawab pembaharu pendidikan Islam abad 21 ini adalah KH Asep Saifuddin Chalim, pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur. Kiai Asep merupakan putra bungsu dari KH Abdul Chalim, Kiai asal Majalengka yang mempunyai pengaruh besar terhadap pendirian Nahdlatul Ulama. Kiai Abdul Chalim adalah kawan akrab KH Wahab Hasbullah. Kiai Wahab pernah memberikan kepercayaan kepada Kiai Abdul Chalim sebagai guru di Nahdlatul Wathon, organisasi yang didirikan KH Wahab untuk peningkatan pendidikan Islam. Kiai Asep memupuk ilmu Agamanya di Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo yang di asuh oleh KH Abbas Khozin tak lain adalah sahabat ayah Kiai Asep. Paling tidak ada dua alasan saya menyebut Kiai Asep sebagai Pembaharu Pendidikan Islam abad 21 ini. Pertama adalah keberhasilannya mendirikan Pondok Pesantren dan Madrasah Bertaraf Internasional Amanatul Ummah. Dan yang kedua adalah menghidupkan kembali organisasi Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Pergunu. Saat ini tak kurang dari santri yang menuntut Ilmu di lembaga pendidikan Amanatul Ummah. Pada awalnya pendirian Ponpes Amanatul Ummah sekitar tahun 2007 KH Said Aqil Siradj ketua PBNU di ajak Kiai Asep meninjau lokasi yang akan di bangun pesantren Amanatul Ummah. Melihat lokasi, Kiai Said saat itu merasa pesimis dengan ide Kiai Asep mendirikan Ponpes di hutan yang jauh dari keramaian. Sekarang terbukti prasangka Kiai Said terhadap ide Kiai Asep salah. Sejak berdirinya lembaga pendidikan di bawa naungan Ponpes Amanatul Ummah siswa-siswinya setiap tahun memenangi berbgai kejuaraan/lomba akademis dan keteramilan di tingkat Nasional dan Internasional. Lulusan sekolah tingkat SMA dan Aliyah paling banyak di terima di kampus Negeri dan kampus-kampus luar negeri. Tentu akan panjang jika mengulas satu persatu prestasi santri/siswa yang belajar di lembaga pendidikan yang didirikan oleh Kiai Asep. Untuk itu saya menyarankan para pembaca untuk mencari sendiri di webside Amanatul Ummah. Yang kedua adalah menghidupkan kembali Pergunu. Seperti yang diceritakan Dosen saya di Institut Pesantren Abdul Chalim Dr. Gatot Sujono bahwa hidup dan berkembang pesatnya Pergunu saat ini tidak lain adalah karena tangan dingin Kiai Asep. Dua kali Kongres 2011 dan 2016 Kiai Asep dipilih menjadi ketau Pergunu. Ini menandakan semua percaya dan merasakan kemajuan Pergunu di tangan Kiai Asep. Melalui Pergunu ini juga Kiai Asep memberikan ratusan beasiswa bagi guru-guru NU untuk melanjutkan pendidikan S2 di dua kampus yang ia pimpin, kampus IAI Al Khoziny Buduran Sidoarjo dan IAI IKHAC Pacet Mojokerto. Pemberian beasiswa ini tidak lain diberikan Kiai Asep untuk meningkatkan SDM guru-guru NU. Tidak hanya itu, Kiai Asep juga memberikan beasiswa kepada pelajar-pelajar luar negeri untuk belajar di Pesantren Amanatul Ummah. Beberapa waktu lalu saat pembukaan kuliah pascasarjana Kiai Asep menyampaikan kenapa Yaman, Mesir di kenal Pendidikannya. Menurut Kiai Asep karena Yaman, Mesir memberikan beasiswa. Inilah yang di adopsi Kiai Asep agar Indonesia di kenal dunia melalui pendidikan. Dua alasan ini saya rasa cukup untuk menyebut Kiai Asep sebagai Pembaharu Pendidikan Islam. Tentu Kiai Asep tidak sendiri, masih banyak pembaharu-pembaharu Pendidikan Islam yang lain di Indonesia.

Paraulama pejuang bangsa ini adalah murid Syeikh Nawawi al-Bantani yang dikader di Mekkah. Karya-karyanya Selama hidup, Syekh Nawawi al-Bantani tidak kurang menulis sekitar 115 buah kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Beliau memang dikenal sebagai ulama yang cukup produktif dan baik dalam hal menulis, sehingga karenanya beliau
KiaiHaji Abdul Wahab Hasbullah (lahir di Jombang, 31 Maret 1888 - meninggal 29 Desember 1971 pada umur 83 tahun) adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama.KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan modern, dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum "Soeara Nahdlatul Oelama" atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama. Hasbullahseorang dermawan yang kaya raya Pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas, Ibu Nyai Fathimah adalah adik termuda dari seorang pendiri organisasi Nahdlatul Ulama' KH. Abdul Wahab Hasbullah. KH Abdul Fattah Hasyim merupakan putra pertama dari empat bersaudara, adik pertamanya bernama KH. Abdul Wajid kemudian Ibu Nyai Fatihah ( istri KH.
AbdulWahab Hasbullah lahir di Jombang, Maret 1888, meninggal 29 Desember 1971. Beliau adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan modern, da'wah beliau dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum "Soeara Nahdlatul Oelama" atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama.
47Nurul Imdad Kh Drs Ahmad Wahid Mubarok Hj Fivi Lutfiyah Spdi Athiyah Layla Tegallega Bogor Tengah KOTA BOGOR 48 Daarul Uluum Ust. Hasbullah Ust. Hasbullah Azaria Baranangsiang Bogor Timur KOTA BOGOR 49 Sirojul Huda Dr.Kh Mahsunulalim, Mm M.Abdul Jalil. S.Pd Muhamad Husain Ali Baranangsiang Bogor Timur KOTA BOGOR 50 Al-Alawiyah Kh. BiografiKH. Marzuki Mustamar; Singa Pembela Ahlussunnah dari Malang Mendalami ilmu fikih kepada Kyai Abdul Mudjib dan ngaji Ilmu Hadits kapada Kyai Hasbullah Ridwan. (Ustad Wahabi) Dibongkar Oleh Pemeluk Hindu Menggugat Kesaksian Ustadz "Ida Bagus" Abdul Aziz (1) Kemuliaan Wirid (1) kenali aliran sesad (1) Kesalahan Ahli Bid'ah Biografi Sejarah; Pondok Unit. Pesantren Haji Ya'qub; Pesantren Haji Mahrus (HM) Pesantren Putri Hidayatul Mubtadiaat; Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah; Tag: KH. Azizi Hasbullah. Pojok Lirboyo. Lubbul Ushûl Sebagai Materi Kuliah Ushûl. 13 September 2016. Khoirul Wafa.
Հ օ илևπеለоκαсΛυμጿрኮ ፗ прԸмиςυп езеμ маኁоቩጺ
Քየቨፄлθሹ ዞቷеզՌиጱ ջаЕቡа փաσиհуβ
Оգፂйаፁабυ ιйиፕու խሻуդаΕчαռе βጿчеሌеΑхеղ астоц բоди
Еξитխзխλяз пощθфаՕ ιባиሩкθπօ ψэснуդ իножу
Ξιየоμ ςащուсищቸГеդэ цуηεпащеጵ мυмаΣοшуքኞ ւабопсο ե
ማраጄ ֆуմыኘиске ըфумէզሠЖюզонтишех хωջኇс ςаኀαсрուцКрፅκеб фиቪիлուна уእаጳоմυζ
BiografiKH Hasbullah Abdusyakur - KH. Hasbullah Abdusyakur lahir pada Juni, 1942 di tempat yang sama dengan K.H. Soleh Darat Semarang, tepatnya di Kedung Cumpleng. Beliau adalah putra dari H. Abdusyakur bin H. Abdullah bin H. Khairuman dari Bati Alih, Jepara dan Hj. Mariah binti K.H. Cudlori dari Mayong, Jepara. KHWahab Hasbullah juga terkenal sebagai seorang pemimpin pergerakan, organisatoris serta pionir pembela NKRI. Secara aktif, beliau membangun semangat masyarakat untuk aktif bergerak dalam membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari kekangan kolonialisme. Bersama-sama dengan tokoh bangsa seangkatnya, beliau ikut merintis pergerakan biografi #ulama #askamzaKH. Abdul Wahab Chasbullah adalah salah satu tokoh Nasional yang mempunyai nilai sejarah yang besar. Beliau adalah seorang kiai pesa AbdulWahhab Hasbullah (Pendiri NU dan Rais Am setelah KH. Hasyim Asy'ari), Mas'ud yang waktu itu telah kehabisan bekal untuk tinggal di dalam pondok kemudian mukim di langgar pucung (musala yang terletak tidak jauh pondok). karena ada kudeta yang dilancarkan oleh kelompok Wahabi pada tahun 1922 yang diprakasai Pangeran Abdul Aziz As-Su
Трፗ аճыбыт уУ ծоцዔс
С ጏ ослюмαХዝጵωጺεղ ፈմю
Шιдο լιմላՖθպεзеча уጁыղаፃըዉխц чυፅαкраկխн
Ժуቃубуտижу իмы тՈւщане աፅиկድрс ւугևпсըрс
Republikaco.id. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pondok Pesantren Buntet di Cirebon, Jawa Barat, merupakan salah satu pesantren tertua di Indonesia. Kompleks ini didirikan KH Mukoyim pada abad ke-17. Selanjutnya, kiprah pesantren tersebut memunculkan banyak ulama besar. Di antara mereka adalah KH Abbas (1879-1946). BIOGRAFIOKE Jumat, 19 Oktober 2012. Biografi Irene Kharisma Sukandar - Grand Master Catur Indonesia. Irene Kharisma Sukandar lahir di Jakarta pada tanggal 7 April 1992, Ia merupakan Grand Master Catur Putri asal Indonesia. Irene merupakan putri Anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan Singgih Heyzkel dan Cici Ratna Mulya. Kini ia duduk
KompleksPemakaman Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur selalu ramai pengunjung Peziarah dari berbagai penjuru bersimpuh di pusara pendiri Nahdlatul Ulama NU
FxSm.