ArabLatin: yā ayyuhan-nabiyyuttaqillāha wa lā tuṭi'il-kāfirīna wal-munāfiqīn, innallāha kāna 'alīman ḥakīmā. Artinya: 1. Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,
مَّا جَعَلَ ٱللَّهُ لِرَجُلٍ مِّن قَلْبَيْنِ فِى جَوْفِهِۦ ۚ وَمَا جَعَلَ أَزْوَٰجَكُمُ ٱلَّٰٓـِٔى تُظَٰهِرُونَ مِنْهُنَّ أُمَّهَٰتِكُمْ ۚ وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَآءَكُمْ أَبْنَآءَكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ قَوْلُكُم بِأَفْوَٰهِكُمْ ۖ وَٱللَّهُ يَقُولُ ٱلْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِى ٱلسَّبِيلَ Arab-Latin Mā ja'alallāhu lirajulim ming qalbaini fī jaufih, wa mā ja'ala azwājakumul-lā`ī tuẓāhirụna min-hunna ummahātikum, wa mā ja'ala ad'iyā`akum abnā`akum, żālikum qaulukum bi`afwāhikum, wallāhu yaqụlul-ḥaqqa wa huwa yahdis-sabīlArtinya Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu sendiri. Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan yang benar. Al-Ahzab 3 ✵ Al-Ahzab 5 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangKandungan Mendalam Berkaitan Surat Al-Ahzab Ayat 4 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Ahzab Ayat 4 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai kandungan mendalam dari ayat ini. Terdokumentasi berbagai penjelasan dari para mufassirin terkait makna surat Al-Ahzab ayat 4, di antaranya seperti di bawah ini📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaAllah tidak memberikan bagi seorang manusia pun dua hati dalam dadanya. Dan Allah tidak menjadikan istri-istri yang telah kalian zhihar itu sama dengan ibu-ibu kalian dalam hal pengaharaman. Zhihar adalah ucapan suami kepada istrinya, “Kamu bagiku adalah seperti punggung ibuku.” Kata-kata ini di zaaman jahiliyah adalah talak. Allah menjelaskan bahwa istri tidak menjadi ibu dalam keadaan apa pun. Allah juga tidak menjadikan anak-anak angkat sebagai anak kandung dalam syariat, sebaliknya zhihar dan adopsi tidak memilki hakikat apa pun dalam pengharaman abadi. Istri yang telah dizhihar tidak sama dengan ibu dalam hal pengharaman, dan tidak ditetapkan dalam nasab dengan pengakuan terhadap seorang anak sebagai anak dengan berkata, “Ini anakku”, itu adalah kata-kata di bibir saja yang tidak memiliki hakikat dan nilai apa pun. Allah berfirman yang haq dan menjelaskan jalannya kepada hamba-hambaNya serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram4. Sebagaimana Allah tidak membuat dua hati di dalam dada seseorang, demikian pula Allah tidak menjadikan istri-istri seperti para ibu dalam hal pengharamannya, dan tidak menjadikan anak-anak angkat sebagaimana anak-anak kandung. Sesungguhnya ẓihar -yaitu tindakan seorang lelaki yang mengharamkan istrinya untuk dirinya- dan mengangkat anak adalah adat jahiliah yang telah dibatalkan oleh Islam. Sesungguhnya ẓihar dan pengangkatan anak adalah slogan yang senantiasa kalian ucapkan dengan lisan kalian, padahal hal itu bukan yang sebenarnya. Istri bukanlah ibu, dan anak angkat bukanlah anak kandung. Dan Allah -Subḥānahu- berfirman tentang kebenaran untuk dilaksanakan oleh hamba-hamba-Nya, dan Dia menunjuki kepada jalan kebenaran.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah4. Allah tidak menciptakan bagi manusia dua hati dalam dadanya, sehingga tidak akan berkumpul antara keimanan dengan kekafiran dalam satu hati. Dan Allah tidak menjadikan istri-istri kalian yang kalian haramkan atas diri kalian dengan ucapan Kamu bagiku seperti ibuku’ sebagai ibu-ibu kalian yang haram untuk kalian nikahi -ucapan ini pada zaman jahiliyah merupakan ucapan talak, namun syariat islam menghapus budaya tersebut dengan mensyariatkan kafarat bagi yang mengucapkannya-. Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkat kalian sebagai anak-anak kandung. Ucapan tersebut jauh dari kebenaran tentang pengharaman, dan anak angkat hanyalah sebutan yang keluar dari mulut. Dan Allah-lah yang mengucapkan kebenaran yang wajib diikuti sebagai petunjuk menuju jalan yang dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah4. مَّا جَعَلَ اللهُ لِرَجُلٍ مِّن قَلْبَيْنِ فِى جَوْفِهِۦ ۚ Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya Salah seorang kaum munafik berkata “hatiku menyuruhku untuk melakukan ini, dan hatiku menyuruhku melakukan itu.” Maka Allah menjelaskan bahwa seorang manusia hanya memiliki satu hati, dan didalamnya tidak ada kecuali Islam atau kekafiran atau kemunafikan. وَمَا جَعَلَ أَزْوٰجَكُمُ الّٰٓـِٔى تُظٰهِرُونَ مِنْهُنَّ أُمَّهٰتِكُمْ ۚ dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu Zhihar adalah seorang suami yang mengatakan kepada istrinya “kamu bagiku bagaikan punggung ibuku.” Kalimat ini dalam adat jahiliyah ditujukan untuk mentalak istrinya. Maka Allah menjelaskan bahwa istri bukanlah ibunya, dan perkataan ini adalah perkataan mungkar dan dosa bagi yang mengatakannya, serta Allah mewajibkan untuk menebus kafarat bagi orang yang mengatakannya. [lihat awal surat al-Mujadilah]. وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَآءَكُمْ أَبْنَآءَكُمْ ۚ dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu Yakni Allah tidak menjadikannya anak kalian sesungguhnya atau secara syariat. Dan makna الأدعياء yakni anak-anak angkat. ذٰلِكُمْYang demikian itu Yakni zhihar dan pengangkatan anak yang telah disebutkan tadi. قَوْلُكُم بِأَفْوٰهِكُمْ ۖ hanyalah perkataanmu di mulutmu saja Yakni itu hanyalah perkataan di mulut saja dan tidak mempengaruhi apapun, sehingga istri tidak menjadi ibu kalian dan anak angkat tidak menjadi anak kandung, dan hal ini tidak menjadikan hukumnya menjadi hukum antara ibu atau anak.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah4. Allah tidak menciptakan dua hati dalam rongganya, dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zihar itu sebagai ibumu, sebagimana ibu yang diharamkan atasmu, seperti ucapan suami kepada istrinya “kamu bagiku seperti punggung ibuku” ini dalam adat jahiliyah adalah talak, kemudian Allah membedakan bahwa istri itu bukan seperti ibu, dan Dia tidak menjadikan anak angkatmu sebagai anak kandungmu sendiri, dan doa-doa; anak-anak, dengan mengangkat anak, demikian bagi kalian dzihar dan mengangkat anak, yang bukan hanya ucapan kata yang tidak ada esensinya. Maka tidak dibenarkan menyamakan istri dengan dzihar. Dan juga tidak dibesarkan pemberian nasab pengangkatan anak. Allah telah memfirmakan yang haq yang wajib diikuti umat hambaNya. Ayat ini diturunkan kepada salah satu dari Bani Fihr “sesungguhnya dalam hatiku ada 2 rongga, aku berfikir menggunakan salah satu darinya lebih utama daripada akal Muhammad”, atau dalam perkara Walid bin Mughirah yang berkata “aku mempunyai dua rongga dalam hatiku, yang satu lebih tajam dibandingkan yang lainnya. Dan turunlah ayat dzihar pada Khoulah bint Tsa’labah istri Aus bin Shamit sebagaimana yang disebutkan dalam surah Al-Mujadalah. Dan turunlah ayat pembatalan mengangkat anak atas Zaid bin Haristah yang diangkat anak oleh Rasulullah SAW, kemudian Rasul memerdekakannya dan mengangkatnya anak sebelum turunnya wahyu📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah{Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya} dadanya {Dia tidak menjadikan istri-istri kalian yang kalian zhihar itu sebagai ibu kalian} Allah tidak menjadikan istri-istri kalian yang kalian ucapkan kepada mereka,”menurutku kamu seperti punggung ibuku” itu seperti ibu kalian dalam pengharaman {dan Dia tidak menjadikan anak angkat kalian sebagai anak kandung kalian} dan Allah tidak menjadikan orang yang kalian anggap sebagai anak bukan anak yang sebenarnya itu sebagai anak kandung kalian {Yang demikian itu hanyalah perkataan di mulut kalian saja. Allah berfirman tentang sesuatu yang benar dan Dia menunjukkan jalan} jalan kebenaranMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H4. Allah mencela hamba-hambaNya karena membicarakan sesuatu yang sama sekali tidak ada hakikatnya kebenarannya dan Allah tidak menjadikannya seperti apa yang mereka katakan. Sebab, sesungguhnya perkataan dari kalian itu adalah kedustaan dan kepalsuan yang dapat menimbulkan berbagai kemungkaran secara syar’i. ini adalah satu kaidah umum dalam setiap pembicaraan tentang apa saja, dan ia menginformasikan kejadian dan keberadaan sesuatu yang tidak ditetapkan oleh Allah. Akan tetapi Allah mengkhususkan untuk menyebutkan hal-hal tersebut karena ia memang sudah terjadi dan karena kebutuhan mendesak untuk menjelaskannya, maka Dia berfirman, “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.” Ini tidak ada. Maka jangan sekali-kali kalian mengatakan tentang seseorang “bahwa dia mempunyai dua hati di dalam rongga badannya” sebab kalian akan menjadi orang-orang yang berdusta terhadap ciptaan ilahi. “Dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu,” yaitu seperti salah satu dari kalian mengatakan kepada istrinya, “engkau bagiku seperti punggung ibuku sendiri” atau “seperti ibuku sendiri.” Padahal Allah tidak menjadikan mereka “sebagai ibumu.” Ibumu adalah orang yang telah melahirkanmu dan menjadi wanita yang paling terhormat dan paling haram untuk dinikahi, sedangkan istrimu adalah wanita yang paling halal untukmu, lalu bagaimana kamu bisa menyamakan salah satu dengan yang lain yang sangat bertolak belakang?! Ini adalah perkara yang tidak boleh, sebagaimana yang difirmankan Allah, "Orang-orang yang menzihar istrinya di antara kamu, menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta" Al-Mujadilah2. “Dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu sendiri,” anak-anak angkat adalah anak yang diklaim oleh seseorang sebagai anaknya, padahal ia bukan anaknya, atau yang dipanggilkan kepadanya di binkan kepadanya disebabkan karena dia mengadopsinya sebagai anak angkat, seperti kebiasaan yang terjadi pada masa jahiliyah dan awal-awal lahirnya Islam. Lalu Allah hendak memberantas dan menghapusnya. Maka DIa terlebih dahulu menjelaskan kekejiannya, dan bahwa perbuatan itu adalah kebatilan dan kedustaan. Sedangkan setiap kebatilan dan kedustaan itu tidak ada tempat di dalam syariat Allah, dan hamba-hambaNya itu tidak akan berkarakter dengan yang demikian. Allah berfirman bahwa Allah tidak menjadikan anak-anak angkat yang kalian klaim atau yang dipanggil dengan menyertakan nama kalian, sebagai anak kalian. Sebab, sesungguhnya anak-anak kalian yang hakiki adalah yang dilahirkan oleh istri kalian dan mereka berasal dari kalian. Sedangkan para anak angkat tersebut bukan dari kalian. Maka Allah tidak menjadikan yang demikian itu sebagai anak kalian. “Yang demikian itu,” maksudnya, perkataan yang kalian katakana tentang anak angkat, bahwa dia adalah anak Si A yang telah mengklaimnya, atau bapak anak itu adalah si B, “hanyalah perkataanmu di mulutmu saja,” maksudnya, perkataan yang tidak ada hakikatnya sama sekali dan tidak ada maknanya, “dan Allah mengatakan yang yakin dan yang benar. Maka dari itu, Dia menyuruh kalian mengikutinya berdasarkan Firman dan syariatNya, seedangkan perkataanNya adalah benar dan syariatNya adalah benar. Perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan yang batil tidak boleh dinisbatkan disandarkan kepadaNya dari sudut pandang mana pun, dan ia bukan bagian dari hidayahNYa, sebab Allah tidak menunjukkan kecuali hanya kepada jalan yang lurus dan jalan yang benar. Dan sekalipun hal yang demikian itu terjadi atas kehendakNya masyi’ahNya, maka kehendakNYa bersifat umum, meliputi setiap apa saja yang ada, berupa kebaikan dan keburukan.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Ahzab ayat 4 Allah mengabarkan bahwa tidak menjadikan satupun bagi manusia memiliki dua hati di dadanya; Meskipun seorang Rasul atau manusia yang cerdas ataupun yang tajam pikirannya. Allah juga mengabarkan bahwasanya Dia tidak menjadikan seorang istri seperti sebagaiman seorang ibu, yang diharamkan untuk berkata kepada seorang istri Engkau bagiku seperti punggung ibuku. Ketika seorang istri telah Allah halalkan atasmu. Allah mengabarkan bahwa tidak menjadikan anak-anak angkat bagimu sebagaimana anak-anak kandungmu sendiri, karena sebab mereka tidak berasal dari dirimu, tidak mungkin menjadi seorang anak memiliki dua bapak, karena sesungguhnya dia hanya memiliki satu bapak. Dan klaimmu bahwasanya dia adalah anak kandungmu hanyalah lewat lisan saja tidak secara hakiki. Dzihar dan mengangkat seorang anak menjadi adat pada zaman jahiliyyah, dan datang islam kemudian membatalkan kedua adat tersebut pada ayat ini, dan orang-orang yang beriman diperingatkan dari keduanya. Barangsiapa yang menganggap istrinya seperti ibunya dengan pengharaman, dan mengangkat seorang anak yang bukan anaknya; Maka sungguh dia membuat-buat kebohongan atas nama menjelaskan akan kebenaran dan memberikan petunjuk kepada perkataan yang jujur dan kepada jalan yang lurus.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, ini merupakan kaidah umum dalam berbicara tentang segala sesuatu, memberitakan hal yang terjadi atau terwujudnya sesuatu yang Allah tidak mewujudkannya. Dikhususkan tentang masalah di atas adalah karena terjadinya masalah itu dan perlu sekali dijelaskan. Ayat ini sebagai bantahan terhadap salah seorang di antara orang-orang kafir yang menyatakan, bahwa dirinya memiliki dua buah hati yang masing-masingnya berfungsi, sehingga menurutnya, akalnya lebih utama daripada akal Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Padahal, Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam tubuhnya. Zhihar ialah perkataan seorang suami kepada istrinya, “Punggungmu haram bagiku seperti punggung ibuku atau seperti ibuku,” atau perkataan lain yang sama maksudnya. Sudah menjadi adat kebiasaan orang Arab Jahiliyah bahwa apabila suami berkata demikian kepada istrinya, maka istrinya itu haramnya baginya untuk selama-lamanya. Tetapi setelah Islam datang, maka yang haram untuk selama-lamanya itu dihapuskan, dan istri-istri itu kembali halal bagi suaminya dengan membayar kaffarat denda sebagaimana disebutkan dalam surah Al Mujadilah ayat 1-4. Yakni sebagai ibumu yang melahirkan kamu, di mana ia adalah orang yang paling besar kehormatan dan keharamannya bagimu, sedangkan istrimu adalah orang yang paling halal bagimu, lalu bagaimana kamu menyamakan orang yang berbeda? Hal ini tidaklah boleh. Karena anak kandungmu adalah anak yang kamu lahirkan atau dari kamu, sedangkan anak angkat bukan darimu. Menurut Jalaaluddin Al Mahalli, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menikahi Zainab binti Jahsy yang sebelumnya sebagai istri Zaid bin Haritsah yang sebelumnya dijadikan anak angkat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka orang-orang Yahudi dan kaum munafik berkata, “Muhammad menikahi istri bekas anaknya.” Maka Allah mendustakan mereka dengan firman-Nya ini, “Yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmu saja.” Adapun menurut Ibnu Katsir, maksud ayat, “Yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmu saja,” adalah pengangkatan seseorang sebagai anak angkat adalah sebatas ucapan saja, yang tidak menghendaki sebagai anak hakiki, karena ia dicipta melalui tulang shulbi orang lain. Yakni yang yakin dan benar. Oleh karena itulah, Dia memerintahkan kamu untuk mengikuti perkataan dan syariat-Nya. Perkataan-Nya adalah hak dan syariat-Nya adalah hak, sedangkan perkataan dan perbuatan yang batil tidaklah dinisbatkan kepada-Nya dari berbagai sisi, dan tidak termasuk petunjuk-Nya, karena Dia tidaklah menunjukkan kecuali kepada jalan yang lurus dan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Ahzab Ayat 4Beralih dari perintah bertakwa dan larangan menaati orang kafir, Allah melalui ayat ini kemudian berbicara tentang orang yang hatinya tidak istikamah, masalah zihar, dan anak angkat. Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya. Setiap manusia hanya memiliki satu hati dan darinya muncul kehendak atau keinginan. Karena itu, tidak mungkin di satu sisi ia beriman dan takut kepada Allah namun di sisi lain ia takut kepada selain Allah. Dan begitu juga, dia tidak menjadikan istrimu yang kamu zihar itu sebagai ibumu. Zihar adalah perkataan suami kepada istri, 'punggungmu haram bagiku seperti punggung ibuku, ' atau yang sama maksudnya. Dan dia juga tidak membenarkanmu menjadikan anak angkatmu sebagai anak kandungmu sendiri. Sejak saat itu hukum anak angkat dibatalkan. Dengan begitu nasab anak itu kembali ke nasab ayah kandungnya. Sesungguhnya yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmu saja yang tidak dilandasi ilmu yang benar. Allah mengatakan dan menetapkan hukum yang sebenarnya dan dia menunjukkan kepadamu jalan yang benar dan lurus. 5. Allah tidak menjadikan anak angkatmu sebagai anak kandung. Karena itu, panggillah mereka dengan dinisbatkan kepada nama bapak kandung mereka sendiri, bukan bapak angkatnya. Panggilan demikian itulah yang secara syariat dinilai adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui nama bapak kandung mereka, maka panggillah mereka sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu menisbatkan seorang anak kepada selain bapaknya jika kamu khilaf atau belum tahu hukum tentang hal itu, tetapi yang menimbulkan dosa adalah apa yang disengaja oleh hatimu dengan menetapkan sesuatu yang batil. Allah maha pengampun kepada siapa saja yang memohon ampunan-Nya, maha penyayang sehingga tidak serta-merta mengazab hamba-Nya yang dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikianlah pelbagai penjelasan dari kalangan mufassir berkaitan isi dan arti surat Al-Ahzab ayat 4 arab-latin dan artinya, semoga menambah kebaikan bagi kita bersama. Sokong dakwah kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan Halaman Banyak Dikunjungi Kaji banyak halaman yang banyak dikunjungi, seperti surat/ayat Ar-Rahman, Al-Kautsar, Al-Waqi’ah, Al-Baqarah, Do’a Sholat Dhuha, Asmaul Husna. Serta Ayat Kursi, Al-Kahfi, Al-Mulk, Al-Ikhlas, Shad 54, Yasin. Ar-RahmanAl-KautsarAl-Waqi’ahAl-BaqarahDo’a Sholat DhuhaAsmaul HusnaAyat KursiAl-KahfiAl-MulkAl-IkhlasShad 54Yasin Pencarian arti surah al fil, al-fatihah artinya, ayat kursi latin dan terjemahnya, cukuplah allah menjadi penolong kami dan allah adalah sebaik-baik pelindung. – ali imran 173 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
Nahmelansir dari sejumlah sumber, berikut ini bacaan surat yasin dan tahlil latin dan artinya. Bacaan Surat Yasin Latin dan Artinya. 1. Yaasiiiin. 2. Walquraanil hakiim. Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah, Baca Juga: Doa Yasin Latin, Bacalah Setelah Membaca Surat Yasin. 3.
ٱدْعُوهُمْ لِءَابَآئِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِندَ ٱللَّهِ ۚ فَإِن لَّمْ تَعْلَمُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ فَإِخْوَٰنُكُمْ فِى ٱلدِّينِ وَمَوَٰلِيكُمْ ۚ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَآ أَخْطَأْتُم بِهِۦ وَلَٰكِن مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا Arab-Latin Ud'ụhum li`ābā`ihim huwa aqsaṭu 'indallāh, fa il lam ta'lamū ābā`ahum fa ikhwānukum fid-dīni wa mawālīkum, wa laisa 'alaikum junāḥun fīmā akhṭa`tum bihī wa lākim mā ta'ammadat qulụbukum, wa kānallāhu gafụrar raḥīmāArtinya Panggilah mereka anak-anak angkat itu dengan memakai nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka panggilah mereka sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi yang ada dosanya apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al-Ahzab 4 ✵ Al-Ahzab 6 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Berharga Berkaitan Surat Al-Ahzab Ayat 5 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Ahzab Ayat 5 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan pelajaran berharga dari ayat ini. Ada sekumpulan penjabaran dari berbagai ulama tafsir berkaitan kandungan surat Al-Ahzab ayat 5, antara lain sebagaimana berikut📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaNasabkanlah anak-anak angkat kalian itu kepada bapak-bapak mereka. Itu lebih lurus dan lebih adil di sisi Allah. Bila kalian tidak mengetahui bapak-bapak mereka yang sebenarnya, maka dalam kondisi itu panggillah mereka dengan dasar persaudaraan agama yang terjadi antara kalian, karena mereka adalah saudara-saudara kalian dan maula-maula kalian dalam agama. Tiada dosa atas kalian atas kesalahan yang terjadi dari kalian tanpa kesengajaan, akan tetapi Allah akan menyiksa bila kalian sengaja melakukan hal itu. Allah Maha Pengampun bagi siapa yang salah, Maha Penyayang bagi siapa yang bertaubat dari dosanya.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram5. Nasabkan siapa yang kalian anggap sebagai anak-anak kalian kepada bapak-bapak mereka yang sesungguhnya. Menasabkan mereka kepada bapak-bapak mereka adalah keadilan di sisi Allah. Apabila kalian tidak tahu bapak-bapak mereka untuk dinasabkan kepada mereka, maka mereka adalah saudara kalian seagama dan mantan budak-budak kalian. Maka panggillah mereka dengan Wahai saudaraku’ atau Wahai anak pamanku’, dan tidak berdosa bagi kalian bila salah seorang di antara kalian salah dengan tidak sengaja menasabkan seseorang kepada yang bukan bapaknya, akan tetapi kalian berdosa apabila sengaja mengucapkan hal itu. Allah Maha Pengampun bagi orang yang bertobat kepada-Nya antara hamba-hamba-Nya dan Maha Penyayang terhadap mereka dengan tidak menghukum mereka karena suatu kesalahan yang tidak disengaja.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah5. Nisbahkanlah anak-anak angkat kalian kepada ayah kandung mereka yang sesungguhnya, sebab menisbahkan anak kepada ayah kandung adalah hukum yang paling adil. Dan jika kalian tidak mengetahui siapa ayah kandung mereka, maka anak-anak angkat itu adalah saudara-saudara kalian seagama. Tidak berdosa bagi kalian atas kesalahan yang dahulu kalian lakukan itu, namun dosa bagi kalian adalah ketika kalian sengaja menisbahkan mereka kepada selain ayah kandung mereka setelah kalian mengetahui hukum tersebut. Allah Maha Pengampun dan Maha Pengasih bagi orang yang tersalah dan bagi orang yang bertaubat. Aisyah, istri Rasulullah meriwayatkan bahwa Abu Hudzaifah -dia termasuk sahabat yang ikut perang Badar bersama Rasulullah- mengangkat Salim sebagai anak angkat dan menikahkahnya dengan keponakannya yang bernama Hindun binti al-Walid bin Utbah -yang merupakan mantan budak seorang wanita Anshar-, sebagaimana Rasulullah menjadikan Zaid sebagai anak angkat. Pada masa jahiliyah, orang yang mengangkat seorang anak angkat akan dipanggil dengan menisbahkannya kepada ayah angkatnya dan dapat mewarisi harta warisannya; hingga turun firman Allah Panggillah mereka dengan memakai nama bapak-bapak kandung mereka’. Maka datanglah Sahlah kepada Rasulullah…. -lalu disebutkanlah haditsnya-. Shahih al-Bukhari 7/365, no. 4000, kitab peperangan-peperangan Rasulullah. Dan Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa Zaid bin Haritsah, maula [mantan budak] Rasulullah, pasti dahulu kami memanggilnya Zaid bin Muhammad; hingga turunlah ayat al-Qur’an Panggilah mereka anak-anak angkat itu dengan memakai nama bapak-bapak kandung mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah’. Shahih al-Bukhari 8/377, kitab tafsir surat al-Ahzab, bab ayat ini no. 4782. Dan shahih Muslim 4/884, no. 2425, kitab keutamaan-keutamaan para sahabat, bab keutamaan-keutamaan Zaid bin Haritsah.Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah5. ادْعُوهُمْ لِاٰبَآئِهِمْ Panggilah mereka anak-anak angkat itu dengan memakai nama bapak-bapak mereka Yakni bapak-bapak kandung mereka. Sebutlah nasab mereka dengan nasab bapak-bapak kandung mereka, dan jangan kalian sebut orang lain. هُوَ أَقْسَطُ عِندَ اللهِ ۚ itulah yang lebih adil pada sisi Allah Yakni lebih adil daripada perkataan kalian bahwa ini adalah anak si fulan, padahal ia bukan anaknya. فَإِن لَّمْ تَعْلَمُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ فَإِخْوٰنُكُمْ فِى الدِّينِ وَمَوٰلِيكُمْ ۚ dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka panggilah mereka sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu Maka panggil-lah ia “hai saudara dan maulaku” dan janganlah memanggilnya anak si fulan jika kalian tidak mengetahui siapa bapak kandungnya yang sesungguhnya. وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَآ أَخْطَأْتُم بِهِۦDan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya Yakni tidak ada dosa atas kalian dalam kesalahan yang kalian lakukan tanpa sengaja. وَلٰكِنtetapi yang ada dosanya Dosa itu. مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ apa yang disengaja oleh hatimu Yang mengucapkan nasab seseorang bukan kepada bapaknya, padahal kalian mengatahui bahwa itu perbuatan haram. Qatadah mengatakan jika kamu memanggil seseorang dengan nasab yang bukan dari bapaknya, sedangkan kamu mengira itu adalah bapaknya maka tidak ada dosa bagimu.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah5. Nasabkanlah anak-anak kalian pada wali-wali mereka yang sebenarnya secara nasab, bukan kepada orang yang mengangkat anak, maka seorang anak dinasabkan kepada walinya yang asli adalah merupakan keadilan hukum, jika kalian tidak mengetahui wali mereka, maka saudara-saudara kalian seagamalah yang menjadi wali, dan kalian tidak menanggung dosa atas apa kejadian yang telah lalu, tetapi kalian bersalah dan berdosa ketika kalian dengan sengaja menasabkan mereka kepada yang bukan wali asli mereka, dan Allah Maha Pengampun bagi hambaNya yang bersalah, Maha Pengasih terhadap hambaNya yang bertaubat📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah{Panggillah mereka dengan nama ayah mereka} nasabkanlah panggilan kalian kalian dengan nama ayah mereka {Itulah yang adil} yang adil {di sisi Allah. Jika kalian tidak mengetahui ayah mereka, maka panggillah sebagai saudara-saudara kalian} maka mereka adalah saudara-saudara kalian {seagama dan teman dekat kalian} orang-orang yang dibebaskan dari perbudakan {Tidak ada dosa} dosa dan kesalahan {atas kalian jika salah tentang itu, tetapi apa yang disengaja} yang disengaja {oleh hati kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha PenyayangMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H5. Kemudian Allah menegaskan kepada mereka untuk meninggalkan kondisi yang pertama yang mengandung perkataan batil, seraya berfirman, “Panggillah mereka,” maksudnya, anak-anak itu, “dengan memakai nama bapak-bapak mereka,” yang memperanakkkan mereka, “itulah yang lebih adil pada sisi Allah,” maksudnya, yang lebih adil, lebih lurus dan lebih berpetunjuk. “Dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka,” yang sebenarnya, “maka panggillah mereka sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu,” maksudnya, mereka adalah saudara-saudara kalian dalam agama Allah dan maula-maula kalian. Maka pergillah mereka dengan sebutan persaudaraan keimanan yang tulus dan maula-maula atas dasar itu. Jadi, meninggalkan seruan dengan menyebut nama orang yang menjadikan mereka anak angkat adalah keniscayaan, tidak boleh dilakukan. Sedangkan memanggil mereka dengan menyertakan nama bapak kandung mereka, jika diketahui, maka hendaknya mereka melakukan demikian. Dan jika mereka tidak mengetahuinya maka cukuplah memanggil mereka dengan nama yang telah dikenal pada mereka, yaitu saudara seagama dan hubungan maula. Maka jangan kalian mengira bahwa kondisi di mana kalian tidak mengetahui bapak kandung mereka menjadi nalasan bagi kalian untuk memanggil nmereka dengan nama orang yang menjadikan mereka anak angkat; sebab sesuatu yang dilarang tidak akan gugur disebabkan hal tersebut. “Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf terhadapnya” secara tidak sengaja lidah salah seorang kalian memanggil mereka dengan nama orang yang menjadikannya sebagai anak angkat. Hal seperti ini tidak ada sanksi hukumnya; atau dia mengetahui ayahnya secara zahir lalu dia memanggilnya dengan menyertakan namanya, padahal sesungguhnya secara batin dia bukan bapaknya, maka tidak ada dosa baginya dalam hal seperti itu apabila terjadi khilaf dan tidak sengaja. “Tetapi” DIa akan menghukum kalian disebabkan perkataan yang dilarang namun disengaja oleh hati kalian, “dan Allah Maha Pengampun lagiMaha Penyayang.” Dia mengampuni dan merahmati kalian; yang mana Dia tidak menghukum kalian atas apa yang sudah berlalu, dan Dia memaafkan kalian atas sesuatu yang tidak sengaja kalian ucapkan, dan Dia berbelas-kasih kepada kalian, di mana DIa menjelaskan kepada kalian hukum-hukum aturan-aturanNYa yang dapat memperbaiki agama dan dunia kalian. Maka segala puji bagiNYa.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Ahzab ayat 5 Allah memerintahkan agar mengembalikan nasab anak yang diangkat menjadi anak angkat kepada bapak-bapak mereka yang hakiki; Karena itulah yang paling adil, petunjuk yang sebenarnya, dan yang paling lurus. Jika tidak diketahui bapak-bapak mereka, maka anak-anak tersebut adalah sebagai saudara islam kalian dan kalian adalah pemeliharanya yang tiada dosa bagi kalian, dan jika terdapat kesalahan pada kalian, janganlah terus kalian ikuti. Sungguh Allah memiliki banyak ampunan bagi hamba-Nya dan Maha Penyayang bagi mereka.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwa Zaid bin Haritsah maula Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebelumnya biasa kami panggil dengan Zaid bin Muhammad, sampai Allah menurunkan ayat, “Panggilah mereka anak angkat itu dengan memakai nama bapak-bapak mereka;” Ibnul Jarud meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata Sahlah binti Suhail bin Amr ia adalah istri Abu Hudzaifah bin Utbah datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, “Sesungguhnya Salim biasa masuk menemui kami sedangkan kami biasa memakai pakaian harian yang di rumah, dan kami menganggapnya sebagai anak. Abu Hudzaifah mengangkatnya sebagai anak sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat Zaid sebagai anak, maka Allah menurunkan ayat, “Panggilah mereka anak angkat itu dengan memakai nama bapak-bapak mereka;” Syaikh Muqbil berkata, “Mungkin saja ayat ini berkenaan dengan keduanya,” wallahu a’lam. Yang melahirkan mereka. Oleh karena itulah, Zaid dipanggil dengan Zaid bin Haritsah, karena bapaknya adalah Haritsah. Lebih lurus dan mendapatkan petunjuk. Maula-maula ialah seorang hamba sahaya yang sudah dimerdekakan atau seorang yang pernah dijadikan anak angkat, seperti Salim anak angkat Huzaifah, dipanggil Salim maula Huzaifah. Termasuk ke dalamnya ketika lisannya kelepasan sehingga memanggil anak angkat itu dengan menasabkan kepada yang bukan bapaknya, atau hanya mengetahui sebatas zhahirnya bahwa itu adalah bapaknya, padahal bukan, karena ketidaktahuannya, maka dalam hal ini tidak berdosa. Setelah mengetahui larangannya. Dia tidak menghukummu karena perbuatanmu di masa lalu dan memaafkan kesalahanmu yang tidak disengaja dan merahmatimu karena menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya yang memperbaiki agama dan duniamu, maka segala puji bagi-Nya atas hal dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Ahzab Ayat 5Allah tidak menjadikan anak angkatmu sebagai anak kandung. Karena itu, panggillah mereka dengan dinisbatkan kepada nama bapak kandung mereka sendiri, bukan bapak angkatnya. Panggilan demikian itulah yang secara syariat dinilai adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui nama bapak kandung mereka, maka panggillah mereka sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu menisbatkan seorang anak kepada selain bapaknya jika kamu khilaf atau belum tahu hukum tentang hal itu, tetapi yang menimbulkan dosa adalah apa yang disengaja oleh hatimu dengan menetapkan sesuatu yang batil. Allah maha pengampun kepada siapa saja yang memohon ampunan-Nya, maha penyayang sehingga tidak serta-merta mengazab hamba-Nya yang bersalah. 6. Usai membatalkan hukum anak angkat yang terkait dengan nabi pada ayat sebelumnya, pada ayat ini Allah menegaskan bahwa kedudukan nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin daripada sekadar bapak dari seseorang. Bahkan, beliau lebih utama dibandingkan diri mereka sendiri sebab beliau selalu menginginkan kebaikan bagi umatnya dan berkat beliau pula mereka selamat dari kebinasaan. Dan adapun istri-istrinya secara hukum adalah seperti ibu-ibu mereka sendiri yang harus dimuliakan dan haram mereka nikahi jandanya. Begitupun, hanya orang-orang yang mempunyai hubungan darah yang satu sama lain lebih berhak untuk saling mewarisi sebagaimana tercantum di dalam kitab Allah, daripada orang-orang mukmin dan orang-orang muhajirin yang hanya diikat oleh hubungan keagamaan, bukan kekerabatan, kecuali kalau kamu hendak berbuat baik dengan berwasiat yang tidak lebih dari sepertiga hartamu kepada saudara-saudaramu seagama. Demikianlah telah tertulis dalam kitab dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikianlah beberapa penafsiran dari banyak mufassirun mengenai isi dan arti surat Al-Ahzab ayat 5 arab-latin dan artinya, moga-moga memberi kebaikan untuk ummat. Support syi'ar kami dengan memberi tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan Artikel Paling Banyak Dilihat Telaah ratusan topik yang paling banyak dilihat, seperti surat/ayat At-Tahrim 8, Al-Hujurat 10-12, Al-Baqarah 148, Al-Insyirah 8, Ath-Thalaq 2-3, Al-Alaq 1-5. Serta Al-Isra 26-27, At-Takwir, At-Taubah 105, Al-Mu’minun, Al-Insyiqaq, At-Taubah 122. At-Tahrim 8Al-Hujurat 10-12Al-Baqarah 148Al-Insyirah 8Ath-Thalaq 2-3Al-Alaq 1-5Al-Isra 26-27At-TakwirAt-Taubah 105Al-Mu’minunAl-InsyiqaqAt-Taubah 122 Pencarian surat an nahl 98, al anfal ayat 58, quran surat al fatihah, surat al kafi ayat 29, surat yunus ayat 61 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
- Еፅослυ ρθዡоሼ зωշе
- ፓл вяբፀщըጁօσ иςիጌаգըхቃ
walā tuṭi'il-kāfirīna wal-munāfiqīna wa da' ażāhum wa tawakkal 'alallāh, wa kafā billāhi wakīlā Dan janganlah engkau (Muhammad) menuruti orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah engkau hiraukan gangguan mereka dan bertawakallah kepada Allah.
Tulisan atau Teks Latin Surat Al Ahzab. Surat yang ke-33 di dalam Al Qur’an dan terdiri dari 73 ayat. Baca juga surat Al Ahzab teks Arab, terjemah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Al Ahzab – الأحزاب 1. yaa ayyuhaa alnnabiyyu ittaqi allaaha walaa tuthi’i alkaafiriina waalmunaafiqiina inna allaaha kaana aliiman hakiimaan 2. waittabi’ maa yuuhaa ilayka min rabbika inna allaaha kaana bimaa ta’maluuna khabiiraan 3. watawakkal alaa allaahi wakafaa biallaahi wakiilaan 4. maa ja’ala allaahu lirajulin min qalbayni fii jawfihi wamaa ja’ala azwaajakumu allaa-ii tuzhaahiruuna minhunna ummahaatikum wamaa ja’ala ad’iyaa-akum abnaa-akum dzaalikum qawlukum bi-afwaahikum waallaahu yaquulu alhaqqa wahuwa yahdii alssabiila 5. ud’uuhum li-aabaa-ihim huwa aqsathu inda allaahi fa-in lam ta’lamuu aabaa-ahum fa-ikhwaanukum fii alddiini wamawaaliikum walaysa alaykum junaahun fiimaa akhtha/tum bihi walaakin maa ta’ammadat quluubukum wakaana allaahu ghafuuran rahiimaan 6. alnnabiyyu awlaa bialmu/miniina min anfusihim wa-azwaajuhu ummahaatuhum wauluu al-arhaami ba’dhuhum awlaa biba’dhin fii kitaabi allaahi mina almu/miniina waalmuhaajiriina illaa an taf’aluu ilaa awliyaa-ikum ma’ruufan kaana dzaalika fii alkitaabi masthuuraan 7. wa-idz akhadznaa mina alnnabiyyiina miitsaaqahum waminka wamin nuuhin wa-ibraahiima wamuusaa wa’iisaa ibni maryama wa-akhadznaa minhum miitsaaqan ghaliizhaan 8. liyas-ala alshshaadiqiina an shidqihim wa-a’adda lilkaafiriina adzaaban aliimaan 9. yaa ayyuhaa alladziina aamanuu udzkuruu ni’mata allaahi alaykum idz jaa-atkum junuudun fa-arsalnaa alayhim riihan wajunuudan lam tarawhaa wakaana allaahu bimaa ta’maluuna bashiiraan 10. idz jaauukum min fawqikum wamin asfala minkum wa-idz zaaghati al-abshaaru wabalaghati alquluubu alhanaajira watazhunnuuna biallaahi alzhzhunuunaa 11. hunaalika ibtuliya almu-minuuna wazulziluu zilzaalan syadiidaan 12. wa-idz yaquulu almunaafiquuna waalladziina fii quluubihim maradhun maa wa’adanaa allaahu warasuuluhu illaa ghuruuraan 13. wa-idz qaalat thaa-ifatun minhum yaa ahla yatsriba laa muqaama lakum fairji’uu wayasta/dzinu fariiqun minhumu alnnabiyya yaquuluuna inna buyuutanaa awratun wamaa hiya bi’awratin in yuriiduuna illaa firaaraan 14. walaw dukhilat alayhim min aqthaarihaa tsumma su-iluu alfitnata laaatawhaa wamaa talabbatsuu bihaa illaa yasiiraan 15. walaqad kaanuu aahaduu allaaha min qablu laa yuwalluuna al-adbaara wakaana ahdu allaahi mas-uulaan 16. qul lan yanfa’akumu alfiraaru in farartum mina almawti awi alqatli wa-idzan laa tumatta’uuna illaa qaliilaan 17. qul man dzaa alladzii ya’shimukum mina allaahi in araada bikum suu-an aw araada bikum rahmatan walaa yajiduuna lahum min duuni allaahi waliyyan walaa nashiiraan 18. qad ya’lamu allaahu almu’awwiqiina minkum waalqaa-iliina li-ikhwaanihim halumma ilaynaa walaa ya/tuuna alba/sa illaa qaliilaan 19. asyihhatan alaykum fa-idzaa jaa-a alkhawfu ra-aytahum yanzhuruuna ilayka taduuru a’yunuhum kaalladzii yughsyaa alayhi mina almawti fa-idzaa dzahaba alkhawfu salaquukum bi-alsinatin hidaadin asyihhatan alaa alkhayri ulaa-ika lam yu/minuu fa-ahbatha allaahu a’maalahum wakaana dzaalika alaa allaahi yasiiraan 20. yahsabuuna al-ahzaaba lam yadzhabuu wa-in ya/ti al-ahzaabu yawadduu law annahum baaduuna fii al-a’raabi yas-aluuna an anbaa-ikum walaw kaanuu fiikum maa qaataluu illaa qaliilaan 21. laqad kaana lakum fii rasuuli allaahi uswatun hasanatun liman kaana yarjuu allaaha waalyawma al-aakhira wadzakara allaaha katsiiraan 22. walammaa raaa almu/minuuna al-ahzaaba qaaluu haadzaa maa wa’adanaa allaahu warasuuluhu washadaqa allaahu warasuuluhu wamaa zaadahum illaa iimaanan watasliimaan 23. mina almu/miniina rijaalun shadaquu maa aahaduu allaaha alayhi faminhum man qadaa nahbahu waminhum man yantazhiru wamaa baddaluu tabdiilaan 24. liyajziya allaahu alshshaadiqiina bishidqihim wayu’adzdziba almunaafiqiina in syaa-a aw yatuuba alayhim inna allaaha kaana ghafuuran rahiimaan 25. waradda allaahu alladziina kafaruu bighayzhihim lam yanaaluu khayran wakafaa allaahu almu/miniina alqitaala wakaana allaahu qawiyyan aziizaan 26. wa-anzala alladziina zhaaharuuhum min ahli alkitaabi min shayaasiihim waqadzafa fii quluubihimu alrru’ba fariiqan taqtuluuna wata/siruuna fariiqaan 27. wa-awratsakum ardhahum wadiyaarahum wa-amwaalahum wa-ardhan lam tathauuhaa wakaana allaahu alaa kulli syay-in qadiiraan 28. yaa ayyuhaa alnnabiyyu qul li-azwaajika in kuntunna turidna alhayaata alddunyaa waziinatahaa fata’aalayna umatti’kunna wausarrihkunna saraahan jamiilaan 29. wa-in kuntunna turidna allaaha warasuulahu waalddaara al-aakhirata fa-inna allaaha a’adda lilmuhsinaati minkunna ajran azhiimaan 30. yaa nisaa-a alnnabiyyi man ya/ti minkunna bifaahisyatin mubayyinatin yudaa’af lahaa al’adzaabu dhi’fayni wakaana dzaalika alaa allaahi yasiiraan 31. waman yaqnut minkunna lillaahi warasuulihi wata’mal shaalihan nu/tihaa ajrahaa marratayni wa-a’tadnaa lahaa rizqan kariimaan 32. yaa nisaa-a alnnabiyyi lastunna ka-ahadin mina alnnisaa-i ini ittaqaytunna falaa takhdha’na bialqawli fayathma’a alladzii fii qalbihi maradhun waqulna qawlan ma’ruufaan 33. waqarna fii buyuutikunna walaa tabarrajna tabarruja aljaahiliyyati al-uulaa wa-aqimna alshshalaata waaatiina alzzakaata wa-athi’na allaaha warasuulahu innamaa yuriidu allaahu liyudzhiba ankumu alrrijsa ahla albayti wayuthahhirakum tathhiiraan 34. waudzkurna maa yutlaa fii buyuutikunna min aayaati allaahi waalhikmati inna allaaha kaana lathiifan khabiiraan 35. inna almuslimiina waalmuslimaati waalmu/miniina waalmu/minaati waalqaanitiina waalqaanitaati waalshshaadiqiina waalshshaadiqaati waalshshaabiriina waalshshaabiraati waalkhaasyi’iina waalkhaasyi’aati waalmutashaddiqiina waalmutashaddiqaati waalshshaa-imiina waalshshaa-imaati waalhaafizhiina furuujahum waalhaafizhaati waaldzdzaakiriina allaaha katsiiran waaldzdzaakiraati a’adda allaahu lahum maghfiratan wa-ajran azhiimaan 36. wamaa kaana limu/minin walaa mu/minatin idzaa qadaa allaahu warasuuluhu amran an yakuuna lahumu alkhiyaratu min amrihim waman ya’shi allaaha warasuulahu faqad dhalla dhalaalan mubiinaan 37. wa-idz taquulu lilladzii an’ama allaahu alayhi wa-an’amta alayhi amsik alayka zawjaka waittaqi allaaha watukhfii fii nafsika maa allaahu mubdiihi watakhsyaa alnnaasa waallaahu ahaqqu an takhsyaahu falammaa qadaa zaydun minhaa watharan zawwajnaakahaa likay laa yakuuna alaa almu/miniina harajun fii azwaaji ad’iyaa-ihim idzaa qadhaw minhunna watharan wakaana amru allaahi maf’uulaan 38. maa kaana alaa alnnabiyyi min harajin fiimaa faradha allaahu lahu sunnata allaahi fii alladziina khalaw min qablu wakaana amru allaahi qadaran maqduuraan 39. alladziina yuballighuuna risaalaati allaahi wayakhsyawnahu walaa yakhsyawna ahadan illaa allaaha wakafaa biallaahi hasiibaan 40. maa kaana muhammadun abaa ahadin min rijaalikum walaakin rasuula allaahi wakhaatama alnnabiyyiina wakaana allaahu bikulli syay-in aliimaan 41. yaa ayyuhaa alladziina aamanuu udzkuruu allaaha dzikran katsiiraan 42. wasabbihuuhu bukratan wa-ashiilaan 43. huwa alladzii yushallii alaykum wamalaa-ikatuhu liyukhrijakum mina alzhzhulumaati ilaa alnnuuri wakaana bialmu/miniina rahiimaan 44. tahiyyatuhum yawma yalqawnahu salaamun wa-a’adda lahum ajran kariimaan 45. yaa ayyuhaa alnnabiyyu innaa arsalnaaka syaahidan wamubasysyiran wanadziiraan 46. wadaa’iyan ilaa allaahi bi-idznihi wasiraajan muniiraan 47. wabasysyiri almu/miniina bi-anna lahum mina allaahi fadhlan kabiiraan 48. walaa tuthi’i alkaafiriina waalmunaafiqiina wada’ adzaahum watawakkal alaa allaahi wakafaa biallaahi wakiilaan 49. yaa ayyuhaa alladziina aamanuu idzaa nakahtumu almu/minaati tsumma thallaqtumuuhunna min qabli an tamassuuhunna famaa lakum alayhinna min iddatin ta’tadduunahaa famatti’uuhunna wasarrihuuhunna saraahan jamiilaan 50. yaa ayyuhaa alnnabiyyu innaa ahlalnaa laka azwaajaka allaatii aatayta ujuurahunna wamaa malakat yamiinuka mimmaa afaa-a allaahu alayka wabanaati ammika wabanaati ammaatika wabanaati khaalika wabanaati khaalaatika allaatii haajarna ma’aka waimra-atan mu/minatan in wahabat nafsahaa lilnnabiyyi in araada alnnabiyyu an yastankihahaa khaalishatan laka min duuni almu/miniina qad alimnaa maa faradhnaa alayhim fii azwaajihim wamaa malakat aymaanuhum likaylaa yakuuna alayka harajun wakaana allaahu ghafuuran rahiimaan 51. turjii man tasyaau minhunna watu/wii ilayka man tasyaau wamani ibtaghayta mimman azalta falaa junaaha alayka dzaalika adnaa an taqarra a’yunuhunna walaa yahzanna wayardhayna bimaa aataytahunna kulluhunna waallaahu ya’lamu maa fii quluubikum wakaana allaahu aliiman haliimaan 52. turjii man tasyaau minhunna watu/wii ilayka man tasyaau wamani ibtaghayta mimman azalta falaa junaaha alayka dzaalika adnaa an taqarra a’yunuhunna walaa yahzanna wayardhayna bimaa aataytahunna kulluhunna waallaahu ya’lamu maa fii quluubikum wakaana allaahu aliiman haliimaan 53. yaa ayyuhaa alladziina aamanuu laa tadkhuluu buyuuta alnnabiyyi illaa an yu/dzana lakum ilaa tha’aamin ghayra naatsiriina inaahu walaakin idzaa du’iitum faudkhuluu fa-idzaa tha’imtum faintasyiruu walaa musta/nisiina lihadiitsin inna dzaalikum kaana yu/dzii alnnabiyya fayastahyii minkum waallaahu laa yastahyii mina alhaqqi wa-idzaa sa-altumuuhunna mataa’an fais-aluuhunna min waraa-i hijaabin dzaalikum athharu liquluubikum waquluubihinna wamaa kaana lakum an tu/dzuu rasuula allaahi walaa an tankihuu azwaajahu min ba’dihi abadan inna dzaalikum kaana inda allaahi azhiimaan 54. in tubduu syay-an aw tukhfuuhu fa-inna allaaha kaana bikulli syay-in aliimaan 55. laa junaaha alayhinna fii aabaa-ihinna walaa abnaa-ihinna walaa ikhwaanihinna walaa abnaa-i ikhwaanihinna walaa abnaa-i akhawaatihinna walaa nisaa-ihinna walaa maa malakat aymaanuhunna waittaqiina allaaha inna allaaha kaana alaa kulli syay-in syahiidaan 56. inna allaaha wamalaa-ikatahu yushalluuna alaa alnnabiyyi yaa ayyuhaa alladziina aamanuu shalluu alayhi wasallimuu tasliimaan 57. inna alladziina yu/dzuuna allaaha warasuulahu la’anahumu allaahu fii alddunyaa waal-aakhirati wa-a’adda lahum adzaaban muhiinaan 58. waalladziina yu/dzuuna almu/miniina waalmu/minaati bighayri maa iktasabuu faqadi ihtamaluu buhtaanan wa-itsman mubiinaan 59. yaa ayyuhaa alnnabiyyu qul li-azwaajika wabanaatika wanisaa-i almu/miniina yudniina alayhinna min jalaabiibihinna dzaalika adnaa an yu’rafna falaa yu/dzayna wakaana allaahu ghafuuran rahiimaan 60. la-in lam yantahi almunaafiquuna waalladziina fii quluubihim maradhun waalmurjifuuna fii almadiinati lanughriyannaka bihim tsumma laa yujaawiruunaka fiihaa illaa qaliilaan 61. mal’uuniina ayna maa tsuqifuu ukhidzuu waquttiluu taqtiilaan 62. sunnata allaahi fii alladziina khalaw min qablu walan tajida lisunnati allaahi tabdiilaan 63. yas-aluka alnnaasu ani alssaa’ati qul innamaa ilmuhaa inda allaahi wamaa yudriika la’alla alssaa’ata takuunu qariibaan 64. inna allaaha la’ana alkaafiriina wa-a’adda lahum sa’iiraan 65. khaalidiina fiihaa abadan laa yajiduuna waliyyan walaa nashiiraan 66. yawma tuqallabu wujuuhuhum fii alnnaari yaquuluuna yaa laytanaa atha’naa allaaha wa-atha’naa alrrasuulaa 67. waqaaluu rabbanaa innaa atha’naa saadatanaa wakubaraa-anaa fa-adhalluunaa alssabiilaa 68. rabbanaa aatihim dhi’fayni mina al’adzaabi wail’anhum la’nan kabiiraan 69. yaa ayyuhaa alladziina aamanuu laa takuunuu kaalladziina aadzaw muusaa fabarra-ahu allaahu mimmaa qaaluu wakaana inda allaahi wajiihaan 70. yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ittaquu allaaha waquuluu qawlan sadiidaan 71. yushlih lakum a’maalakum wayaghfir lakum dzunuubakum waman yuthi’i allaaha warasuulahu faqad faaza fawzan azhiimaan 72. innaa aradhnaa al-amaanata alaa alssamaawaati waal-ardhi waaljibaali fa-abayna an yahmilnahaa wa-asyfaqna minhaa wahamalahaa al-insaanu innahu kaana zhaluuman jahuulaan 73. liyu’adzdziba allaahu almunaafiqiina waalmunaafiqaati waalmusyrikiina waalmusyrikaati wayatuuba allaahu alaa almu/miniina waalmu/minaati wakaana allaahu ghafuuran rahiimaan
SuratAl-Ahzab ayat 59: Allah memerintahkan Nabi-Nya ﷺ untuk mewajibkan hijab bagi istri-istri Nabi ﷺ, anak-anak perempuannya dan wanita-wanita yang beriman, Allah berkata : Wahai Nabi ﷺ katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita yang beriman untuk mengulurkan hijab mereka sampai menutupi kepala, wajah dan dada-dada mereka, semua yang tertutup tersebut akan menghindarkan dari pandangan orang-orang bodoh, dan akan menampakkan bahwasanya mereka adalah wanita
SuratAl-Ahzab ayat 56: Allah memuliakan Nabi-Nya Muhammad ﷺ dan mengabarkan kedudukannya di sisi-Nya. Dan bahwasanya Allah memuji Nabi ﷺ dan menyanjungnya, dan para malaikat juga memujinya. Kemudian Allah memerintahkan orang-orang yang beriman yang mereka membenarkan Allah dan Rasul-Nya ﷺ serta beramal dengan syariat-Nya dengan bershalwat dan salam kepada Nabi.
TRIBUNNEWSCOM - Berikut bacaan surat Al Ahzab ayat 1-35 dalam Bahasa Arab, latin, dan terjemahan bahasa Indonesia. Surat Al Ahzab merupakan surat ke-33 dalam Al Qur'an.
selainbacaan surat al ahzab arab latin dan arti terjemahan, sobat bisa download mp3 surat al ahzab sebagai panduan belajar offline. untuk sobat yang ingin mendapatkan audio surat lain misalnya surat fatir, silakan cari di kotak pencarian islambl dengan mengetikan nama surat tersebut.
KitabSuci Al Quran Mukjizat Allah pada Nabi Muhammad. Ini bacaan surat Al Ahzab ayat 1-35 dalam Bahasa Arab, latin, dan terjemahan bahasa Indonesia. Surat Al Ahzab merupakan surat ke-33 dalam Al Qur'an. Surat ini terdiri dari 73 ayat yang memiliki arti "Golongan yang Bersekutu".
19 Surat Al-Ahzab ayat 56. Innallaha wa malaa ikatahuu yusholluuna alan nabiyyi yaa ayyuhal ladziina aamanu shollu alaihiwa sallimu tasliiman. Artinya: "Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bacalah shalawat untuknya dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." 20. Membaca Alfatihah
Rgxop.